Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Berbagi Kisah: 5 Tahun Menanti Momongan

Berbagi Kisah: 5 Tahun Menanti Momongan

Fita Andinar, 29, ibu dari Elvano Alifi Abidin, 6 bulan, telah menempuh 5 tahun penuh perjuangan demi mendapatkan Si Kecil. Simak kisah inspiratifnya, Moms.

"Saya dan suami telah menikah sejak Mei 2010. Saat itu usia kami masih sangat muda, saya 23 tahun dan suami 26 tahun. Kami sengaja menikah muda, karena ingin segera memiliki keturunan. Apalagi, orangtua dan mertua saya sama-sama belum punya cucu, tentunya mereka juga sudah tidak sabar ingin segera menimang cucu pertama mereka. Namun Tuhan berkata lain, hingga 1 tahun pernikahan kami, kami belum juga dikarunia momongan.

Akhirnya kami pun mencoba memberanikan diri untuk periksa ke dokter kandungan. Kami juga menjalankan serangkaian tes yang mendebarkan. Mulai dari tes darah, rontgen rahim, hingga peniupan saluran tuba. Sungguh, tidak pernah terbayang harus menghabiskan banyak waktu di ruangan dokter dan laboratorium. Bagaimana dengan hasil tesnnya? Ternyata dokter kandungan saya menyatakan saya dan suami sehat-sehat saja, hasil tesnya bagus dan tidak ada masalah.

Namun waktu silih berganti, kami pun masih belum diberi momongan. Akhirnya kami mencoba program hamil di rumah sakit lain, tetapi konsultasi kali ini agak membingungkan karena hasilnya jauh berbeda dari tes sebelumnya. Menurut dokter, rahim saya berada dalam posisi terbalik, maka saya harus operasi. Ah, saran operasi itu benar-benar membuat saya takut! Rangkaian tes ini juga membuat saya lelah dan tertekan, maka saya dan suami memutuskan untuk rehat sejenak. Sekitar 1 tahun, kami tidak ingin mencoba program hamil dan berurusan dengan dokter sama sekali.

Sekitar setahun kemudian, kami kembali bersemangat untuk mencoba program hamil lagi di rumah sakit lain. Menurut dokter yang satu ini, antibodi di tubuh saya terlalu besar, sehingga saya otomatis menolak sperma suami saya. Solusinya? Kami mencoba terapi sel darah putih. Setiap 1 bulan sekali dokter menyuntikkan sel darah putih suami saya sendiri ke dalam tubuh saya. Terapi ini kami coba selama kira-kira 12 bulan, namun hasilnya nihil.

 

Inseminasi dan Bayi Tabung

Sekitar tahun 2013, kami mengunjungi rumah sakit lain dan mencoba inseminasi. Namun sudah 3 kali mencoba, hasilnya gagal terus. Jujur, saat itu saya cukup patah semangat. Apalagi suami saya bekerja di Padang, Sumatera Barat, sedangkan saya di Jakarta. Jarak ribuan kilometer ini membuat saya merasa semakin down, sulit rasanya berjuang saat suami tidak di samping saya. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali bekerja, dan sekali lagi, tidak mau berurusan dengan dokter.

Namun di pertengahan 2015, suami saya kembali mengajak melakukan program hamil lagi. Mengingat usia kami juga semakin bertambah, maka saya pun mengiyakan ajakan suami. Masih ada satu cara yang bisa kami tempuh: bayi tabung. Kami bergegas ke Bunda International Clinic (BIC), Jakarta, menurut dokter di sana, terjadi perlengketan di rahim sebelah kiri yang membuat embrio suami sulit menempel.

Dokter menyarankan untuk melakukan operasi terlebih dahulu, namun saya takut. Maka kami langsung saja mencoba bayi tabung, dan hasilnya gagal. Frustrasi, kecewa, sedih, marah, dan berbagai perasaan lain membuat saya patah semangat saat itu. Bagaimana tidak, bayi tabung adalah solusi terakhir, dan kami masih belum juga dikarunia momongan.

 

Hadirnya Baby El

Namun dukungan suami dan keluarga kembali membuat saya semangat. Saya pun menuruti dokter untuk menjalankan operasi dan kembali mencoba bayi tabung. Aneh, kali ini saya tidak takut gagal, saya sangat tenang dan sudah siap untuk kemungkinan terburuk. Dan justru di keadaan seperti itu, Tuhan menjawab doa kami selama 5 tahun terakhir ini.

Akhirnya, program bayi tabung itu berhasil dan saya dinyatakan positif hamil. Saking senangnya, saya sampai kehabisan kata-kata dan nyaris pingsan. Kehamilan saya juga berjalan sangat sehat dan mudah, hingga akhirnya Elvano Alifi Abidin lahir pada 18 Agustus 2016 lewat operasi Caesar, persis di hari ulang tahun kakeknya yang telah tiada. Kini saya percaya kalau keajaiban itu ada, bagi mereka yang sabar dan terus berusaha." (Fita Andinar/TW/Dok. Fita Andinar)

 

*Bagi Moms yang juga memiliki kisah inspiratif seperti Mom Fita, yuk berbagi kisah dengan mengirimkan cerita Anda ke [email protected] dengan subjek "Berbagi Kisah" ya, Moms.