Penelitian yang dilakukan Tim Kembar Siam Terpadu RSUD dr Soetomo Surabaya, mengungkapkan fakta bahwa fenomena kembar siam merupakan siklus 5 tahunan. Pada 2008-2009, tim dokter menangani 15 kembar siam. Hingga pertengahan tahun 2013, tim menangani 15 kasus. Data lain, sebanyak 70 persen kasus kembar siam menimpa bayi perempuan. 

 

Mengapa kasus kembar siam bisa terjadi?

“Hingga kini, penyebab kembar siam memang tidak diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor diduga menjadi penyebab bayi terlahir kembar siam. Salah satu penyebabnya adalah ketika hamil, sang ibu kerap terpapar radiasi atau gelombang elektromagnetik,” ucap dr. Agus Harianto Sp.A, Ketua Tim Kembar Siam Terpadu RSUD dr. Soetomo, Surabaya

 

"Apabila sang ibu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan baik ketika mengandung, maka ibu dapat selamat dari pengaruh buruk paparan gelombang elektromagnetik dan radiasi. Namun, bila gizinya buruk, yang terjadi adalah proses pemisahan tidak sempurna pada zigot atau janin yang dikandung,” lanjut dr. Agus.

 

Hal ini dibenarkan Sika Jayanti (22 tahun). Perempuan asal Banyuwangi itu melahirkan bayi kembar siam Nurul dan Rahma. Kata Sika, ketika mengandung, ia malas mengonsumsi makanan bergizi. ”Rasanya mual terus, malas makan, karena takut muntah. Akhirnya, saya hanya makan makanan yang saya suka saja, seperti camilan atau buah. Jarang sekali saya makan nasi, sayur, lauk yang bergizi lengkap,” ujar Sika.

Meski belum terbukti kebenaran pengaruh gizi dan kelahiran bayi kembar siam, menjaga kualitas gizi saat hamil adalah sangat penting, kembar atau tidak kembar bayi Anda. (Nurul Rahmawati(kontributor surabaya/SR/Dok.Freedigitalphotos)

Baca: Fenomena Kembar Siam (3): Haruskah Dipisahkan?