Saat Si Kecil melakukan sesuatu yang menurut Moms berbahaya, pasti kata “jangan” langsung terucap dari bibir. Padahal, kata "jangan" dan kata-kata negatif lainnya bisa membuat Si Kecil merasa takut atau bahkan tidak menurut pada nasihat Moms.
Untuk itu, kurangi penggunaan kata negatif dengan mengucapkan kata-kata positif. Maka Si Kecil akan meresponsnya dengan lebih baik dan juga memudahkan Anda sebagai orang tua dalam mendidiknya tentang sopan santun. Yuk, hindari penggunaan 5 kata negatif berikut ini:
1. Jangan dipegang!
Di mana saja Anda berada, rasa penasaran Si Kecil akan sesuatu dapat muncul sewaktu-waktu. Tangan mereka pun dengan bebasnya akan menyetuh beberapa benda, termasuk yang berbahaya seperti benda tajam atau perabotan porselen.
Daripada memberi tahunya dengan mengatakan “Jangan dipegang!”, alihkan saja perhatian mereka ke hal lain di sekitarnya. Seperti saat di dapur ketika mereka hendak memegang pisau, Moms bisa menghampirinya dengan membawa benda lain seperti sendok atau spatula yang lebih aman. Pujilah mereka saat memainkan benda aman tersebut agar anak merasa bangga dan dihargai.
2. Hati-hati, Nak!
Kata “Hati-hati” ternyata memiliki arti yang ambigu bagi Si Kecil. Mereka tidak memahami arti sesungguhnya dari kata tersebut, terlebih saat melakukan suatu hal. Maka Moms bisa menggantinya dengan mengatakan “Kamu hebat bisa naik sampai sini. Tetapi mama jadi khawatir” saat Si Kecil melakukan satu hal yang berbahaya seperti menaiki meja tanpa berpegangan. Hal ini menunjukkan kepada anak bahwa Anda bangga dengan pencapaian mereka tapi Anda juga secara khusus menyampaikan kekhawatiran Anda.
Berbeda saat mengajarkan anak seperti menyebrang, ucapkan kata-kata lebih spesifik diikuti tindakan Anda. Moms bisa katakan “Mama ingin Kamu melihat kanan dan kiri dahulu, lalu sambil mengangkat tangan, kamu perhatikan jalannya saat sedang menyeberang jalan, ya.”
3. Harus berapa kali dikasih tahu sih baru nurut!
Dalam suatu kondisi, mungkin saja Si Kecil melakukan hal yang Anda larang berulang kali. Anda sampai lelah untuk menasehatinya dan kemudian mengeluarkan amarah dengan mengatakan “Harus berapa kali dikasih tahu Mama sih, baru Kamu nurut!”
Hal ini bukanlah ucapan yang positif dan malah membuat anak menjadi takut pada Anda. Maka, cobalah untuk menyampaikan ulang instruksi atau nasehat Anda agar lebih positif dan lebih spesifik, seperti di poin nomor dua.
4. Kenapa?
Karena rasa penasarannya yang tinggi, anak sering mengajukan pertanyaan dengan kata yang paling sering diucapkan “Kenapa?”. Pertanyaan "kenapa" yang bertubi-tubi ini mungkin bisa membuat orang tua kehilangan kesabaran, bingung, atau bahkan frustrasi karena lelah meladeni Si Kecil.
Jika Moms memang sedang tidak dapat menjawab apapun dan Si Kecil menunjukkan sikap tertentu, tanyakan apa perasaan mereka saat itu dan berikan pemahaman sesederhana mungkin atau alihkan pembicaraan.
"Apakah Kamu merasa marah? Mama mengerti kalau Kamu sepertinya belum mengerti. Lalu, bagaimana jika kita pergi dan melakukan sesuatu yang lain?" Atau Anda juga bisa bertanya saat ekspresi wajah Si Kecil terlihat bahagia. Tanyakan saja “Apa sih yang lucu? Mama mau dong ikut tertawa juga bareng kamu.”
5. Berhenti Panggil “Mama”!
Dalam pertumbuhannya, Si Kecil mulai bisa berbicara dan mengucapkan satu kata andalan, “Mama” atau “Papa”. Mereka pun bisa mengucapkannya berulang kali dan bisa membuat Anda terganggu karena hal tersebut. Ketika Moms mencoba menyuruhnya berhenti, sebenarnya anak hanya ingin menarik perhatian kedua orang tuanya.
Untuk itu, seringlah meluangkan waktu untuk bermain dan bercengkrama dengan buah hati Anda. Meski hanya sekitar lima menit sebelum berangkat kerja, akan sangat membantunya untuk merasakan kehadiran orang tua yang mereka sayangi. Untuk itu, cobalah untuk memahami dan membiarkan Si Kecil berceloteh kata “Mama” sesering apapun agar ia tetap merasa senang. (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik)