Memiliki sikap optimis bisa membawa seseorang untuk hidup lebih lama, bahkan hingga 100 tahun! Perilaku positif ini bisa Anda mulai ajarkan pada anak sejak dini, karena akan memengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka. Memang bukan perkara mudah, namun Anda bisa memulainya dengan melakukan 6 langkah berikut ini:
1. Berhenti Mengeluh
Jika Moms adalah seorang pekerja, pasti ada hari di mana rencana yang tersusun tidak berjalan sesuai keinginan. Terjebak macet di pagi hari, tidak memenuhi target dari atasan, atau hal buruk lainnya yang terjadi dalam satu hari. Biasanya Anda akan menunjukkan rasa kesal bahkan di depan anak-anak Anda.
Mulai sekarang, cobalah untuk tidak memperlihatkan rasa kesal tersebut. Ubah keluhan Anda menjadi kata-kata lebih positif, seperti “Hari ini, kopi di kafe tempat pertemuan tadi sangat enak.” Meski sederhana, namun kalimat tersebut dapat mengubah cara berpikir Anda menjadi lebih bersyukur ketimbang menyesali yang terjadi hari itu.
2. Memiliki Ekspektasi yang Tinggi
"Beri anak-anak kepercayaan untuk bisa menyelesaikan apa yang bisa mereka lakukan,” ujar Tamar Chansky, Ph.D., seorang psikolog anak dan penulis Freeing Your Child From Negative Thinking. Contoh sederhananya, biarkan Si Kecil merapikan tempat tidurnya sendiri, bahkan ketika belum memasuki usia sekolah.
Sebagai orang tua, usahakan untuk selalu memahami apa yang ingin dilakukan atau disampaikan oleh anak. Jika mereka ingin membantu Anda membersihkan rumah atau membereskan meja makan, biarkan anak melakukannya. Dengan begitu, Moms bisa lebih mudah memahami Si Kecil tanpa memikirkan ekspektasi yang besar terhadap setiap hal yang dilakukannya.
3. Mendorong Anak Berani Ambil Risiko
Meski hal sepele, namun Anda sudah bisa mengajarkan Si Kecil untuk mengambil risiko dari apapun yang dilakukannya. Contohnya, ijinkan anak bermain sepatu roda. Ketika ia terjatuh, ucapkan bahwa Anda bangga ia telah berani mencoba memainkan sepatu roda tersebut. Bangkitkan rasa percaya diri dalam diri mereka agar mau mencoba melakukannya terus-menerus.
Semakin bertumbuh besar, beri tantangan baru lainnya seperti memanjat pohon atau naik menaiki seluncuran tinggi di kolam renang. Dari dukungan yang diberikan, Si Kecil akan lebih berani melakukan berbagai hal dan mampu membuat Anda bangga.
4. Menunggu Sebelum Bereaksi
Satu waktu, anak Anda mendapat ejekan dari temannya “Kamu gendut!”. Mungkin Anda berpikir untuk langsung menghampiri teman Si Kecil dan langsung memarahinya. Namun, akan lebih baik jika Anda menunggu sebelum melakuan hal tersebut. Jika berhasil, maka anak Anda bisa membela dirinya sendiri dan memperbaiki keadaan dengan temannya itu.
Ketika Anda memberikan waktu pada Si Kecil untuk memikirkan masalahnya sendiri, mereka juga akan mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya. “Hal ini dapat membantu anak untuk lebih menghargai pencapaian dan membuatnya lebih optimis dalam menjalani kehidupan di masa depan,” ungkap Dr Reivich.
5. Memahami Perjuangannya
Ada saat di mana Si Kecil merasa putus asa pada hal yang tidak bisa ia lakukan. “Aku tidak bisa menggambar”, “Aku tidak bisa berlari mengejar bola”, semua keluhan itu bisa diubah dengan perspektif lebih positif dari Anda.
Menurut psikolog Andrew Shatté, Ph.D., bantu anak untuk mengerti kesulitan yang sedang atau akan ia hadapi nantinya. Sampaikan bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi kesulitan tersebut. Beri contoh para atlit jika mereka sulit dalam bidang olahraga, atau seniman muda ketika mereka sulit menggambar. Hal ini akan membantu Si Kecil untuk tetap mau berjuang dalam menjalani hambatan yang ia alami sendiri di kehidupan nyata.
6. “Keep It Real”
Salah satu permasalahan yang membuat anak menjadi tidak bersemangat adalah kehilangan teman, terutama saat berpindah rumah. Ketika hal ini terjadi, sampaikan pada anak bahwa mereka akan mampu menemukan teman baru di tempat yang baru. Memang sulit untuk beradaptasi pada suasana yang asing, namun membutuhkan waktu untuk bisa mendapatkan teman kembali.
Setelah menyampaikan hal positif ini, memungkinkan Si Kecil untuk berfikir secara optimis. Beberapa kasus menyebutkan bahwa anak mereka langsung menyatakan ingin masuk ke sekolah (pre-school) dan tak lama setelahnya, ia bisa mendapatkan teman baru.
Dengan mengajarkan Si Kecil berpikir dan bersikap secara optimis, maka mereka dapat menhadapi segala kesulitan dengan lebih lapang dada. Mungkin Anda juga bisa mendapatkan pembelajaran untuk menjadi lebih optimis dari anak Anda sendiri. (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik)