Cara paling ampuh mencegah kanker serviks saat ini ialah dengan vaksinasi HPV (Human Pappiloma Virus).Hal itu karena vaksinasi membuat sistem pertahanan tubuh yang membuat virus HPV tidak bisa menyerang.
Menurut Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Prof. dr. Andrijono Sp.OG(K), vaksin HPV sangat aman karena dibuat dari “cangkang virus” sebagai zat aktif vaksin. Sehingga tidak punya efek negatif bagi tumbuh. Begitu disuntikkan akan terbentuk antibodi yang menyebar melalui darah ke seluruh jaringan, termasuk serviks.
“Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan usia 9-14 tahun dengan dua dosis dan pada perempuan dewasa usia 14-44 tahun, 3 dosis (bulan 0,2 dan 6 bulan). Untuk program nasional dan pilot project, vaksin diberikan pada anak kelas 5 SD (usia 5 tahun). Mengapa? Karena pernikahan di bawah umur masih tinggi di Indonesia. Jadi dikejar sebelum seorang anak remaja menikah (aktif secara seksual),” urai profesor Andri dalam rilis Forum Ngobras seperti yang diterima redaksi Mother & Baby, Senin (22/1/2018).
Dia menambahkan, biaya untuk program nasional kanker serviks jauh lebih murah ketimbang biaya pengobatan kanker serviks. Bila ada 2 juta anak perempuan usia 10 tahun, dan diperkirakan harga sekali suntik 6 dolar, maka hanya dibutuhkan 320 milyar setahun. Efektivitas vaksin mendekati 100 persen.
“Di negara-negara yang sudah menjalankan program vaksin HPV secara nasional, kejadian kanker serviks secara signifikan turun. Misalnya di Australia turun 50 persen setelah menjalankan program 10 tahun, bahkan Kanada dan Swedia turun 80-84 persen,“ ungkap Prof Andrijono.
Adapun pilot project vaksin HPV yang sudah dijalankan saat ini menggunakan vaksin quadrivalen. Dari pilot project yang sudah dilakukan di Jakarta-Yogyakarta- Surbaya, tidak ditemukan keluhan efek samping.
Menanggapi hal itu, Irma Chaniago, Anggota Komisi IX DPR-RI, mendukung pilot project dan berharap secepatnya vaksin HPV dijadikan program nasional. Menurutnya, sudah saatnya Kemenkes memerluas vaksinasi ke wilayah lain. Di mana diwujudkan dalam terobosan program, semisal program vaksinasi HPV. Sebab, program kesehatan dari Kemenkes tidak ada perubahan dari tahun ke tahun.
“Kita berharap semua pihak harus mendorong vaksin HPV sebagai program nasional. Ini sudah mendesak. Kenapa? Karena di daerah rata-rata belum memiliki alat kemoterapi. Bahkan rumah sakit regional rujukan tidak memiliki fasilitas kemoterapi – untuk penyembuhan kanker serviks. Ditambah sosialiasi kanker serviks tidak sekuat program Kemenkes lain,” pungkasnya. (Qalbinur Nawari/Dok. Pixabay)