Type Keyword(s) to Search
BABY

Ini Pentingnya 'Ngobrol' Dengan Bayi

Ini Pentingnya 'Ngobrol' Dengan Bayi

Para orang tua baru pasti sering mendengar nasihat "Ajak bayi berbicara sebanyak mungkin!" hal ini akan sangat berkaitan dengan perbendaharaan kata Si Kecil ketika beranjak dewasa. Dan menurut salah satu buku berjudul SuperBaby,  30.000 kata per hari adalah angka ajaib yang menunjukkan keberhasilan belajar bahasa secara optimal.

 

Sebuah studi menemukan bahwa anak-anak yang mendengar 45 juta kata pada usia 3 tahun dapat lebih pandai dalam hal membaca dan berhitung. Mulai dari kata yang diucapkan orang tua ataupun kata-kata yang di dapat dari sebuah lirik lagu. Hal tersebut akan sangat menunjang kemampuan Si Kecil dalam mengucapkan sebuah kalimat kelak.

 

Mengajak Si Kecil untuk saling berbicara satu sama lain bisa didapat dari hal-hal sederhana. Sebagai contoh, dengan mendongeng atau menceritakan sebuah kisah sederhana. Bisa dongeng 'Timun Mas' yang kental dengan budaya Indonesia atau kisah tentang Si Kerudung Merah asal luar negeri.

 

Moms sebagai orang tua juga bisa mengajaknya berbicara dengan membahas sebuah objek sederhana. Contohnya melihat sebuah bus sekolah warna kuning yang bisa menarik perhatian Si Kecil. Tanggapi celotehannya dengan balasan kata-kata seperti “Lihat busnya, Nak. Iya, warna kuning dan besar, ya.”

 

Bernyanyi juga bisa menjadi sarana mengajarkan bahasa. Tidak hanya musik pop yang memiliki lirik cenderung mengarah ke orang dewasa. Moms bisa mengajak Si Kecil bernyanyi lagu daerah seperti Gundul-gundul Pacul atau lagu kebangsaan Garuda Pancasila. Selain menanamkan nilai nasionalis, juga mengenalkan kata-kata dari negeri sendiri.

 

Ilmuwan kognitif Massachusetts Institute Of Technology telah menemukan bahwa percakapan antara orang dewasa dan anak dapat mengubah otak anak. Selain itu, percakapan dua arah juga sebenarnya lebih penting untuk perkembangan bahasa dan bukan hanya kata-kata saja.

 

Pada studi tersebut juga menemukan, bahwa perbedaan dalam jumlah "percakapan" menunjukkan adanya perbedaan fisiologi otak dan kemampuan bahasa yang pada anak berusia antara 4 sampai 6 tahun. Penelitian ini juga tidak memandang status pendidikan atau pendapatan dari orang tua mereka.

 

Hasil dari penelitian ini juga mengarahkan pada percakapan yang bisa orang tua lakukan sejak Si Kecil masih bayi. Hal ini diungkapkan Rachel Romeo, peneliti utama studi yang diterbitkan di Psychological Science. “Tampaknya interaksi adalah hal yang paling mendukung keterampilan bahasa anak dan perkembangan saraf mereka,” lengkapnya.

 

Tak hanya berdialog dengan Si Kecil, membaca buku secara interaktif juga termasuk cara memperkaya bahasa mereka. Jika bayi Anda sepertinya sedang menatap karakter atau objek tertentu dalam sebuah buku, Anda dapat mengatakan, “Oh, Kamu suka sama kura-kura ini, ya. Lihat, dia punya cangkang. Ibu jadi penasaran, kura-kura biasanya makan apa ya?”

 

Mengakhiri dengan pertanyaan bisa menjadi kunci bahwa Si Kecil akan meresponsnya. Selain itu, saat bayi menjerit, Moms bisa membalas jeritannya seperti permainan. Yang terpenting, tidak membuatnya terganggu selama interaksi berlangsung. (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik)