Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Mengenal Psikosis Postpartum, Depresi Pasca Melahirkan

Mengenal Psikosis Postpartum, Depresi Pasca Melahirkan

Walau memiliki anak adalah momen yang paling membahagiakan, namun rupanya setiap ibu bisa terserang rasa depresi pasca melahirkan. Sebenarnya terdapat tiga jenis depresi pasca melahirkan, yaitu baby blues, postpartum depression, dan psikosis portpartum. Untuk baby blues dan postpartum depression masih tergolong gangguan kesehatan mental yang ringan. Namun ternyata tidak untuk psikosis postpartum! Jenis depresi berat ini membutuhkan penanganan yang berbeda.

 

Apa itu psikosis postpartum?

Adalah gangguan jiwa atau mental yang tergolong berat atau parah. Walau gangguan mental ini jarang terjadi, tetapi bisa muncul secara tiba-tiba dalam kurun waktu 3 sampai 4 bulan setelah melahirkan, Moms. Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog, psikosis postpartum hanya terjadi pada 1-2 dari 1.000 perempuan yang melahirkan. Depresi berat ini bisa terjadi pada persalinan pertama dan bisa terulang kembali di anak kedua.

 

Apa penyebabnya?

Cukup beragam, salah satunya belum siap menghadapi perubahan drastis di hidupnya, seperti fisik atau gaya hidup. Penurunan kadar estrogen atau progesteron secara drastis, dan perubahan kadar kortisol dalam darah juga bisa menjadi penyebab munculnya gangguan ini.

 

Seperti apa gejalanya?

Insomnia yang parah, perubahan mood yang cepat, gelisah, delusi, dan halusinasi. Perilaku yang tidak wajar juga bisa terjadi Moms, seperti membersihkan rumah pada tengah malam. Selain itu, ada keinginan untuk menyakiti diri sendiri dan sang bayi. Tentu saja hal ini akan mengganggu pertumbuhan Si Kecil. Kemungkinan buruk lainnya adalah tindakan infanticide atau melakukan pembunuhan pada anak.

 

Apakah bisa disembuhkan?

Walau terdengar menyeramkan, namun psikosis postpartum bisa disembuhkan kok, Moms! Jika gejala diatas sudah mulai terlihat, segera mencari bantuan ke dokter atau psikolog. Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan antipsikotik atau antidepresan. Tentu saja obat-obat tersebut harus dikonsumsi di bawah pengawasan dokter atau psikiater ya, Moms. Selain obat-obatan, electro therapy (ECT) juga diperlukan, agar pasien tetap bisa menyusui Si Kecil. Selain itu, terapi wicara dengan cognitive behavioral therapy (CBT) juga ditawarkan untuk mempercepat penyembuhan. Jika memang sudah parah dan diperlukan, pasien mungkin akan dirawat di rumah sakit dalam beberapa waktu.

 

Cegah depresi...

Seorang wanita perlu menyiapkan diri mengahadapi segala kemungkinan dan tidak memaksakan diri untuk menjadi ibu sempurna. Anda tidak perlu menekan diri untuk bisa melakukan segala hal seorang diri, dan jangan segan untuk meminta bantuan. Di samping itu, dukungan dari pasangan dan keluarga memiliki peranan penting. Segala dukungan yang diterima oleh sang ibu bisa membantunya menghadapi perubahan yang akan terjadi setelah memiliki anak.

 

Ingat Moms, cara terbaik untuk merawat Si Kecil adalah dengan menjaga kondisi kesehatan Anda agar tetap stabil. Jadi, jangan membebankan diri Anda dengan situasi yang seharusnya tidak terjadi. Jalani semua perubahan dengan sukacita sehingga Anda bersama pasangan dapat bahagia. Semangat selalu, Moms! (Vonia Lucky/TW/MA/Dok. Freepik)