Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Menjelaskan Soal Kematian Pada Anak

Menjelaskan Soal Kematian Pada Anak

 

Tidak ada satu pun dari kita yang bisa mengetahui kapan maut akan terjadi. Baik hal itu terjadi pada orang yang kita sayangi karena ia meninggal dunia akibat sakit, tertimpa musibah, kecelakaan lalu lintas, atau gugur dalam tugas. Ketika orang terdekat dalam keluarga meninggal, tidak hanya orang dewasa, anak juga butuh bantuan untuk melalui situasi tersebut.

 

Kematian merupakan topik yang menyedihkan bagi orang dewasa, sehingga anak-anak seringkali luput dilibatkan. Sayangnya tidak seperti orang dewasa yang mengerti kematian adalah bagian dari hidup, balita belum bisa memahami peristiwa tersebut dengan mudah. Padahal si kecil akan merasa bingung jika tidak dijelaskan dengan benar. Moms dan Dads bisa coba beberapa tips ini untuk si kecil agar ia bisa melalui hal tersebut.

 

- Usahakan untuk memberikan penjelasan sejelas mungkin dan dalam bahasa sederhana yang mudah dipahami Si Kecil. Misalnya, Anda bisa katakan ketika seseorang meninggal dunia jantungnya berhenti bekerja, ia berhenti bernapas.

- Balita biasanya berpikir seseorang yang sudah meninggal hanya pergi sementara dan ia akan bisa bertemu lagi. Itu sebabya terkadang ia masih menanyakan “kapan paman datang ke rumah lagi?” Atau, “Aku mau kasih lihat gambar aku ke kakek.” Anak perlu tahu seseorang yang sudah meninggal tidak akan kembali lagi.

- Ajak anak bicara mengenai kematian, ciptakan lingkungan yang menenangkan dimana ia bisa mengekspresikan perasaannya dan bertanya tentang kematian. Anda juga bisa mengenalkan soal kematian melalui dongeng atau buku cerita yang Anda bacakan pada Si Kecil.

- Usahakan agar anak tetap pada aktivitas sehari-harinya. Kalau semua berjalan sesuai rutinitas, balita akan merasa lebih nyaman.

- Minta Si Kecil untuk membuatlah proyek sebagai kenangan dari orang yang sudah meninggal tersebut, seperti membuat gambar, memajang foto, atau membuat bantal kecil dari baju orang tersebut.

- Usahakan juga untuk menenangkan diri Anda sendiri dulu dan tidak merasa sedih berkepanjangan,sehingga Anda juga lebih bisa membantu anak. (Susanto Wibowo/Dok. Freepik)