FAMILY & LIFESTYLE

Ajarkan Sportivitas pada Anak Lewat Asian Games



Tahun 2018 ini, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, pesta olahraga terbesar bangsa-bangsa Asia yang diadakan setiap 4 tahun sekali. Event tersebut digelar di dua kota, yaitu Jakarta dan Palembang. Pembukaannya dilakukan tadi malam di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, dengan sangat meriah.

Upacara pembukaan pesta olahraga terbesar bangsa Asia ini melibatkan ribuan penari dengan koreografi yang kolosal dan membuat sebuah pertunjukan yang sangat menghibur. Belum lagi atraksi kembang api yang menyelingi setiap segmen acara, membuat pesta pembukaan berlangsung sangat semarak.

Dads, Anda tentunya juga menyaksikan acara pembukaan tersebut, baik di rumah ataupun bahkan secara langsung di GBK. Nah, momen Asian Games ini juga bisa Anda jadikan sarana untuk mengenalkan olahraga dan sportivitas kepada Si Kecil. Bagaimana caranya?

Layaknya sebuah kompetisi atau permainan, pasti selalu ada yang menang dan kalah. Jika menang, anak akan mendapat hadiah atau perayaan, namun bagaimana jika kalah? Wendy Middlemiss, PhD, lektor kepala psikologi pendidikan University of North Texas, AS, mengatakan “Bagi balita usia 4-5 tahun, mereka cenderung berpikir jika bermain untuk menang maka mereka harus menang. Sulit bagi mereka memahami kekalahan.” Lalu bagaimana mengenalkan, mengajarkan, dan menumbuhkan jiwa sportivitas pada Si Kecil?

1. Konsep Menang dan Kalah

Jelaskan pada anak bahwa setiap ia melakukan permainan yang bersifat kompetisi atau lomba, akan ada yang mengalami kemenangan dan kekalahan. Ia akan merasakan keduanya secara bergantian, dan hal ini sangatlah wajar. Ia atau teman-temannya pasti akan mengalami hal ini. Tentunya butuh waktu bagi Si Kecil untuk memahami konsep ini, sehingga Anda jangan bosan untuk mengingatkan konsep menang dan kalah setiap ia hendak berlomba.

2. Jika Menang…

Tidak jarang muncul rasa sombong ketika seseorang mengalami kemenangan. Hal ini yang perlu dihindari terjadi pada anak. Berikan pujian pada proses yang dijalani anak untuk meraih kemenangan. Seperti bagaimana ia berlatih dengan rajin, berlomba dengan ulet, tidak menyerah dan tidak curang. Dengan melakukan hal tersebut, anak dapat belajar bahwa untuk meraih suatu keberhasilan dibutuhkan proses dan kerja keras.

3. Jika Kalah…

Ketika anak kalah, sebaiknya Anda tidak menunjukkan rasa sedih, kecewa, atau marah. Jika anak sedih atau kesal, biarkan saja karena itu adalah bentuk ekspresinya. Namun, jangan biarkan hal tersebut terjadi berlarut-larut. Ajak anak untuk mengevaluasi apa yang sudah ia lakukan saat mengikuti lomba. Jangan lupa untuk mengajarkan ia memberikan selamat dan menghargai perjuangan tim lawan.

4. Tidak Fokus pada Hadiah

Sebaiknya jangan mengajarkan anak untuk terobsesi dengan kemenangan semata dan hadiah. Ajarkan ia untuk tetap fokus pada permainan atau pertandingan yang adil. Jika anak terbiasa fokus pada kemenangan dan hadiah, kelak ia akan memakai segala cara untuk memperoleh apa pun yang ia mau tanpa melihat dampak buruk dan baiknya.

5. Jadi Role Model

Saat Anda sedang menonton sebuah pertandingan, jangan pernah sekali-kali menghina atau menjelekkan lawan. Tentu saja hal ini tidak bijak dilakukan, apalagi di hadapan anak. Cara ini mengajarkan bahwa menghina dan menjelekkan orang lain adalah hal yang wajar. Sebaliknya, Anda bisa memberikan tanggapan positif tentang tim lawan. (Susanto Wibowo/Dok. merahputih.com)