Banyak hal yang berubah pada tubuh Anda selama masa kehamilan. Perubahan fungsi tubuh kala mengandung Si Kecil ternyata juga bisa membuat Anda mendadak mengalami alergi. Mau tahu penyebabnya?
Tidak semua ibu hamil otomatis mengalami alergi. Akan tetapi kemungkinan untuk mengalami hal itu selalu ada. Jadi jika sebelum hamil Anda tidak punya alergi terhadap apa pun, bisa jadi tubuh Anda bereaksi terhadap alergen tertentu kala janin hadir di dalam perut Anda.
Kendati serangan alergi yang mengancam jiwa terbilang langka, kehamilan terbukti bisa memperparah keluhan alergi. Bahkan mereka yang semula tidak pernah memperlihatkan gejala alergi apa pun, selama hamil jadi begitu mudah alergi.
Reaksi Berlebih
Lantas mengapa ibu hamil lebih rentan terkena alergi? Menurut dr. Judi Januadi E., Sp.OG, dari Subbagian Fetomaternal Bagian Kandungan dan Kebidanan RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, alergi mungkin terjadi karena sistem imunitas mengalami penurunan selama kehamilan.
"Wanita yang sebelum hamil menderita asma, bisa dipastikan keluhan asmanya semakin bertambah. Wanita yang tidak mengidap penyakit asma, kemungkinan mengalami pilek hingga peradangan parah semasa hamil," jelas dr. Judi.
Alergi sendiri merupakan respons tubuh yang tidak wajar terhadap berbagai hal yang ada di lingkungan sekitar, antara lain debu, jamur, serbuk bunga, serangga, bahkan emosi. Sebenarnya, reaksi tubuh terhadap pemicu serangan alergi merupakan reaksi alami tubuh untuk melindungi janin dari 'tamu asing' yang dianggap membahayakan tubuh.
Menghadapi ancaman tersebut, tubuh merespons dengan mengeluarkan sejumlah histamin dan zat-zat lain. Hanya saja, ada yang reaksinya wajar dan ada yang berlebihan. Bahkan ada pula yang tidak memberikan respons.
Gejala alergi yang ditunjukkan umumnya sesuai dengan sistem atau tempat yang terusik. Jika sistem pernapasan yang terganggu, muncul keluhan batuk, pilek, hidung tersumbat, dan gangguan pendengaran. Sementara itu, jika yang terganggu sistem pencernaan makan keluhan yang muncul antara lain nyeri perut, diare, sulit buang air besar, kembung, dan sering buang gas.
Bisa juga sistem sekresi yang terkena. Akibatnya kerap muncul ruam kulit, bintil-bintil kemerahan disertai rasa gatal yang amat mengganggu. Perlu diketahui, penglihatan lazimnya merupakan organ tubuh yang secara langsung terkena serangan alergi. Akibatnya, mata menjadi merah, berair, terasa sangat gatal, hingga belekan atau bintitan.
Tak jarang, alergi hanya menyerang lokasi yang terkena kontak langsung dengan alergen, contohnya mulut atau bibir bengkak setelah mengonsumsi makanan tertentu. Reaksi bisa segera terjadi, bisa pula gejalanya muncul beberapa saat kemudian.
Perubahan fisik saat hamil juga memengaruhi ketahanan tubuh terhadap alergi. Penambahan berat badan di sekitar perut yang membuncit, membuat diagframa kian terdorong ke atas sehingga ibu hamil hanya bisa bernapas pendek dan cepat.
Kompensasinya, wanita hamil lebih sering bernapas lewat mulut ketimbang hidung. Dengan begitu, udara bisa masuk ke dalam tubuh tanpa melalui sistem penyaringan di hidung.
Alhasil, kuman lebih berpeluang terbawa masuk ke saluran pernapasan. Saluran hidung ibu hamil juga mengalami penyempitan guna merespons hormon-hormon tertentu yang membanjiri tubuh ibu hamil. Meningkatnya produksi hormon kehamilan, kelelahan, stres, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh membuat ibu hamil lebih sulit mengalahkan serangan penyakit.
Cegah Saja
Mengingat semua jenis obat antialergen memiliki efek samping yang bisa membahayakan janin, lebih baik Moms mencegah terjadinya alergi dengan beberapa tips berikut ini.
⢠Telusuri riwayat keluarga. Jika ada yang terkena alergi, kenali pencetusnya dan hindari.
⢠Perbaiki pola makan dengan asupan nutrisi berkualitas. Perbanyak konsumsi buah dan sayur.
⢠Hindari asap rokok, senyawa kimiawi dan zat-zat iritan yang umumnya menjadi faktor pemicu alergi.
⢠Istirahat cukup dan teratur. Bukan hanya istirahat secara fisik, melainkan juga psikis.
⢠Jalani gaya hidup yang baik, tidak begadang, berhenti merokok, dan tidak minum alkohol.
Efek bagi Janin
1. Jika saat hamil ibu terkena alergi, maka bayi yang dilahirkan akan alergi juga. Hanya saja, jenis dan tingkat keparahannya tidak selalu sama dengan alergi sang ibu. Jika Si Kecil tidak mendapatkan ASI, bukan tak mungkin alerginya semakin kompleks dan tingkat keparahannya kian tinggi. Alergi bisa mereda dengan ASI karena kandungan zat kekebalan imunoglobulin A di dalamnya.
2. Bila diberikan pada trimester pertama, antihistamin sebagai obat anti-alergi akan meningkatkan risiko janin mengalami bibir sumbing.
3. Obat asma yang dikonsumsi ibu dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, misalnya lahir dengan berat badan di bawah normal.
4. Sebagian obat asma dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan tulang janin dan perkembangan tak normal yang mengarah pada kelainan kongenital/kecacatan jika diberikan pada trimester pertama.
5. Gangguan alergi yang membuat ibu hamil bersin terus-menerus akan berpengaruh pada membukanya mulut rahim sehingga janin terancam gugur atau lahir prematur. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)