Selama masa kehamilan, ada banyak tes yang harus dilakukan oleh seorang ibu. Tes atau pemeriksaan ini bukan sekadar untuk melihat jenis kelamin bayi, melainkan juga untuk mengetahui apakah janin sehat, siap dilahirkan, dan memperkirakan kapan kelahirannya. Menurut Dr. Bayu Agus Widianto, Sp.OG dari RSPAD Gatot Subroto, tes prenatal sangat penting saat kehamilan ibu memasuki trimester akhir atau memasuki usia kehamilan 26 minggu.
Sebaiknya, seorang bumil melakukan tes setiap dua minggu sekali kunjungan ke dokter kandungan atau bidan sampai usia kandungan memasuki 35 minggu. Pemeriksaan kemudian menjadi seminggu sekali sampai tiba saat melahirkan atau usia kandungan kira-kira 40 minggu. Dilihat dari fungsi dan urutan kepentingannya, inilah tes prenatal yang perlu dijalani bumil pada trimester akhir.
1. Tes Mandiri
Tes ini dilakukan bumil secara mandiri. Bumil harus memerhatikan gerakan janin setiap saat. Tes ini tidak memakai alat tertentu namun sangat penting untuk mendapatkan data tentang kondisi janin. Dalam kurun waktu 12 jam, janin diharapkan bergerak minimal sebanyak 10 kali. Jika ibu tidak dapat merasakan gerakan janin, itu pertanda sesuatu terjadi di dalam kehamilannya. Dr. Bayu menyarankan agar ibu melakukan tes yang lebih teliti dengan alat tertentu untuk mengetahui kondisi janin.
2. Biophysical Profile (BPP)
Dengan memakai USG, dokter ahli harus dapat mendeteksi empat faktor penting kehidupan janin. Faktor penting tersebut, menurut Dr. Bayu, adalah gerakan napas janin, gerakan janin, gerakan tonus janin (otot-otot janin), dan jumlah cairan ketuban.
Jika semua kondisi yang perlu dites itu normal, maka bayi akan dilahirkan sehat dan normal. Namun, jika hasil tes tidak memuaskan yang ditunjukkan dengan data nilai biofisik kurang atau sama dengan dua, maka kemungkinan besar janin mengalami henti napas (afiksia) dan perlu segera dilahirkan.
3. The Nonstress Test (NST)
Di dalam buku What To Expect When Expecting, dituliskan bahwa tes NST ini diperlukan untuk mengetahui detak jantung dan gerakan bayi. Pemeriksaan dilakukan dengan menghubungkan ibu dengan alat pendeteksi janin. Alat akan mencatat jumlah detak jantung dan gerakan janin dalam jangka waktu tertentu. Jika saat NST detak jantung janin tidak bereaksi dengan gerakan janin atau bahkan janin tidak bergerak, maka kemungkinan besar janin bermasalah.
4. The Contraction Stress Test (CST) atau Axytocin Challenge Test (OCT)
Jika hasil NST meragukan, dokter biasanya akan mengajukan tes yang lebih teliti dan rumit, seperti CST atau OCT. Tes ini harus dilakukan di rumah sakit dan memerlukan paling tidak tiga jam masa tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui reaksi janin saat menghadapi stres, dalam hal ini kontraksi rahim seperti saat menjelang kelahiran.
Alat akan mencatat bagaimana pola detak jantung janin saat rangsangan diberikan. Jika hasil tes dinilai baik, maka janin akan tetap di dalam rahim sampai ia benar-benar siap dilahirkan. Sedangkan jika hasil tes tidak memuaskan, maka dokter mungkin mengambil tindakan segera untuk melahirkan janin tersebut.
5. Doppler Velocimetry
Tes ini memakai teknologi ultrasound untuk meneliti aliran darah melalui tali pusat terutama pada bagian pembuluh darah tali pusat (arteri umbilikalis). Ketidaknormalan gelombang ini menunjukkan indikasi plasenta tidak bekerja dengan baik.
Jika ini terjadi, maka kemungkinan pertumbuhan janin terhambat atau janin meninggal. Semua tes memang akan memberitahukan kondisi janin di dalam rahim Anda. Namun jika Anda berusaha hidup sehat sejak sebelum hamil, lalu merawat kehamilan, dan rajin berkonsultasi, maka kemungkinan besar kehamilan akan berlangsung dengan lancar dan sempurna. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)