FAMILY & LIFESTYLE

Yuk, Kenalan Lebih Jauh dengan Kontrasepsi Hormonal



Data dari Studies in Family Planning menunjukkan terjadinya 85 juta kehamilan yang tidak direncanakan setiap tahunnya di dunia. Lebih dari setengah kasus ini terjadi di Asia. Untuk menyiasatinya, kebanyakan memutuskan untuk melakukan aborsi. Padahal, aborsi dapat menimbulkan dampak kesehatan yang kurang baik, seperti perdarahan hebat serta kerusakan pada serviks dan rahim.

Sebenarnya, penggunaan alat kontrasepsi merupakan cara ampuh untuk mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan. Ada berbagai macam alat kontrasepsi yang tersedia, salah satunya adalah kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi ini bekerja dengan cara mengubah pergerakan hormon dalam siklus menstruasi, sehingga tubuh merasa seolah-olah sedang dalam keadaan hamil.

Nah, di momen Hari Kontrasepsi Sedunia yang jatuh pada hari ini, yuk kita berkenalan lebih jauh seputar kontrasepsi hormonal ini, Moms!


Jenis dan Metode Kontrasepsi Hormonal

Menurut dr. Diana Mauria Ratna Asih, Sp.OG dari Brawijaya Women and Children Hospital, kontrasepsi hormonal sangat efektif untuk mencegah kehamilan, dan kegagalannya kurang dari 2 persen. "Kontrasepsi hormonal ada yang hanya berisi hormon progesteron, ada pula yang terdiri dari hormon progesteron dan estrogen atau kombinasi," ungkap dr. Diana. Berikut ini metodenya:

• Kontrasepsi oral: pil yang mengandung hormon progesteron dan pil kombinasi.

• Injeksi: yang berisi hormon progesteron disuntikkan setiap 3 bulan sekali, sedangkan kombinasi disuntikkan setiap bulan.

• Cincin vagina: berdiameter 5 cm dan mengandung hormon kombinasi dosis rendah. Cincin ditempatkan pada vagina selama 3 minggu di luar menstruasi.

• Koyo: mengandung hormon progesteron dan estrogen dan ditempelkan ke kulit.

• Susuk atau implan: strip ditanamkan di bawah kulit dan melepaskan progesteron.

• Spiral: hormon yang terdapat dalam spiral ini hanya progesteron.


Pilih yang Mana?

Jenis dan metode kontrasepsi hormonal yang beragam terkadang membuat Moms bingung memilih. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan kepada dokter. Dr. Diana menjelaskan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi yang tepat adalah:

• Faktor usia

• Riwayat kesehatan

• Frekuensi aktivitas seksual

• Waktu ingin memiliki anak

• Efek samping

• Kenyamanan Anda menggunakan metode tersebut

• Kondisi khusus yang dialami

Untuk poin terakhir, dr. Diana memaparkan, "Misalnya ibu menyusui dilarang menggunakan kontrasepsi kombinasi, karena produksi ASI akan menjadi sangat sedikit akibat hormon estrogen di dalamnya. Atau, ketika wanita sudah berusia 40 tahun ke atas, sebaiknya hindari penggunaan kontrasepsi hormonal suntik."

Wanita dengan kondisi kesehatan tertentu, misalnya penderita migrain, kanker payudara, tumor, anemia, talasemia, depresi, dan lain-lain juga harus berkonsultasi terlebih dahulu sebelum menggunakan alat kontrasepsi. "Setiap jenis dan metode memang punya kelebihan dan kekurangan. Namun, semuanya memiliki tujuan baik," jelas dr. Diana.


Ketahui Faktanya

Anggapan bahwa alat kontrasepsi hormonal akan membuat haid tidak lancar, maupun gemuk, ternyata benar adanya. Dr. Diana menuturkan bahwa kenaikan berat badan memang kerap terjadi pada pengguna kontrasepsi suntik progesteron.

"Kenaikan berat badan terjadi bukan karena penumpukan lemak, melainkan akibat tekanan cairan yang tinggi dalam tubuh. Hal ini disebabkan injeksi hormon progesteron dengan dosis cukup besar, yaitu sekitar 150 mg," jelasnya.

Selain itu, hormon progesteron memang akan menipiskan lapisan endometrium dan menekan hormon estrogen, sehingga haid menjadi tidak lancar. Jadi, sebenarnya kondisi ini tidak bermasalah. Kendati demikian, efek samping tersebut dapat dihindari dengan menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi. Namun, perlu disesuaikan dengan kondisi Anda, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)