Cairan ketuban yang ada dalam perut Anda saat hamil punya banyak kegunaan bagi calon bayi Anda. Air ketuban berfungsi sebagai pelindung janin dari benturan atau trauma dan infeksi, pasokan oksigen, cadangan cairan, serta sumber nutrisi bagi Si Kecil.
Air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion yang bertambah seiring dengan usia kehamilan. Normalnya, di usia kehamilan 10-20 minggu, jumlah air ketuban sekitar 50-250 ml, dan memasuki usia 30-40 minggu mencapai 500-1.500 ml. Namun, bagaimana bila air ketuban melebihi dosis normal? Kondisi inilah yang disebut dengan polihidramnion atau hidramnion.
Dilansir BabyCenter.com, polihidramnion terjadi pada sekitar 1 dari 250 kehamilan di dunia. Dalam kondisi ini, air ketuban yang ada di perut bumil meningkat hingga 3.000 ml. Polihidramnion ini sulit untuk dideteksi, akibatnya banyak bumil yang baru mengetahui keberadaannya saat sudah cukup parah.
Kenali Penyebabnya
Secara umum polihidramnion dibagi menjadi dua, yaitu: polihidramnion kronis dan polihidramnion akut. Dikatakan kronis bila air ketuban bertambah perlahan di usia kehamilan tua. Sementara akut, bila penambahan terjadi secara cepat, dan biasanya lebih sering dialami oleh bumil dengan bayi kembar. Ada beberapa penyebab terjadinya polihidramnion, di antaranya:
1. Ibu penderita diabetes, sakit jantung, atau ginjal. Hal ini disebabkan tingginya kadar gula darah pada bumil dan janin. Janin pun semakin sering buang air, sementara air ketuban tidak berganti dengan cepat saat Si Kecil buang air di dalam rahim.
2. Kelainan bawaan pada janin, seperti kelainan tulang belakang terbuka dan kelainan tulang tengkorak. Ibu dengan kanker dan tumor juga berpotensi mengalami hal ini.
3. Saluran pencernaan ibu yang terganggu.
4. Kehamilan kembar, dengan salah satu janin memiliki ukuran jantung yang lebih besar, sehingga membuat janin menghasilkan banyak urine.
5. Korionangioma, yaitu tumor yang menyerang ari-ari. (Gita/DMO/Dok. M&B)
Baca selanjutnya, Polihidramnion pada Kehamilan (2)