Keguguran merupakan kematian janin dalam kandungan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Dalam bahasa medis, keguguran disebut juga abortus spontan. Pendarahan dari vagina dan nyeri pada perut merupakan tanda-tanda utama terjadinya keguguran.
Namun tak banyak yang tahu, ada beberapa jenis keguguran yang bisa terjadi pada ibu hamil. Karena jenisnya berbeda, maka penanganan masing-masing tipe keguguran pun tidak sama, Moms. Simak penjelasannya berikut ini.
Baca juga: Saat yang Tepat untuk Berhubungan Seks Usai Keguguran
1. Keguguran total atau abortus komplet
Abortus komplet adalah fenomena jenis keguguran yang seluruh hasil konsepsinya telah keluar dari rahim pada kehamilan dengan usia kurang dari 20 minggu.
Abortus yang satu ini tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, jika sang ibu menderita anemia ringan, maka ia perlu mendapatkan tambahan suplemen zat besi dan dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, vitamin, dan mineral.
2. Abortus inkomplet
Sesuai dengan namanya, pada jenis keguguran ini hanya sebagian hasil konsepsi yang keluar dan masih ada sisa yang tertinggal di rahim. Apabila disertai dengan syok akibat pendarahan, pasien perlu diinfus dan dilanjutkan dengan transfusi darah. Setelah syok teratasi, maka dokter perlu melakukan tindakan berupa kuretase. Dalam beberapa kasus, pasien perlu dirawat di rumah sakit saat mengalami abortus inkomplet.
Baca juga: Moms Perlu Tahu, Ini Efek Samping dan Risiko Prosedur Kuret
3. Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah jenis keguguran yang sedang mengancam dan ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim. Biasanya dokter akan melakukan tindakan kuretase apabila usia kehamilan kurang dari 12 minggu yang disertai dengan pendarahan.
4. Abortus imminens
Ini merupakan jenis keguguran tingkat permulaan. Pada jenis keguguran ini, terjadi pendarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim. Jenis keguguran ini tampak mirip dengan abortus insipiens yang bisa mengancam jiwa.
Ibu hamil yang mengalami abortus ini akan diminta beristirahat total. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim. Apabila pasien merasa gelisah, petugas medis mungkin akan memberikan obat penenang.
5. Missed abortion
Ini adalah keguguran yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih berada di dalam rahim. Dokter biasanya akan melakukan tindakan kuretase. Namun, hal tersebut perlu dilakukan hati-hari karena terkadang plasenta masih melekat kuat dengan rahim.
Sementara itu, terbukanya jalan lahir akibat abortus dan efek tindakan kuretase tentu tidak terlepas dari komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi dan perforasi/robekan/lubang pada dinding rahim. Namun, risiko komplikasi bisa ditekan seminimal mungkin jika tindakan dilakukan sesegera dan secermat mungkin.
Baca juga: 8 Makanan dan Minuman yang Bisa Memicu Keguguran
6. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah keguguran yang terjadi sebanyak 3 kali berturut-turut atau lebih pada satu pasien akibat gangguan yang terjadi dalam sistem reproduksinya. Apabila seorang wanita sering keguguran, biasanya dokter akan memeriksa contoh jaringan guna mengetahui penyebabnya. Selain itu akan dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan dan dilakukan upaya pemulihan sebelum ia diizinkan hamil kembali. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)