TODDLER

Pelecehan Seksual pada Anak (1): Mengapa Rentan Terjadi?

Pelecehan Seksual


Kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang dialami M, seorang siswa TK internasional di kawasan Jakarta Selatan, terasa sangat menyakitkan. Para ibu dari berbagai kalangan pun bersatu dan membuat petisi agar para pelaku pelecehan terhadap M mendapat hukuman mati. Kasus ini menjadi begitu menggemparkan, karena terjadi di lingkungan sekolah internasional dengan tingkat keamanan yang tinggi.

Bocah polos yang baru berusia 5 tahun tersebut diduga mendapatkan pelecehan dan kekerasan seksual dari 5 orang pertugas kebersihan di sekolahnya. Ia pun mengalami trauma yang luar biasa hingga sering mengigau ketakutan saat tidur. Ibu dari M mengatakan meski merasa sangat hancur, ia tidak akan tinggal diam. Ia akan berusaha sekeras mungkin untuk memulihkan M dan menuntut hukuman seberat-beratnya kepada para pelaku.

Kasus pelecehan seksual terhadap anak ini sesungguhnya memang sering kali terjadi. Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA) mengatakan pada 2013 lalu, tercatat ada 3.039 kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak. Namun yang lebih memilukan, 68 persen pelaku pelecehan adalah orang-orang terdekat korban. Pelecehan pun kebanyakan dilakukan di tempat yang dianggap aman untuk anak-anak, seperti rumah dan sekolah.

Pelecehan seksual rentan terjadi pada anak-anak karena minimnya edukasi seks yang diberikan kepada mereka. Hal itu membuat mereka tidak memahami apa yang harus dilakukan untuk melindungi tubuh, termasuk alat vitalnya. Anak-anak korban pelecehan seksual pun biasanya takut melaporkan apa yang dialaminya, karena berada di bawah ancaman pelaku. Karenanya, orangtua benar-benar harus memahami karakter anak dan mampu berkomunikasi secara terbuka agar anak merasa nyaman untuk mengutarakan apa saja yang dialaminya sehari-hari. (Disi/OCH/www.freeimages.com)

Untuk mengetahui cara memberikan edukasi seks pada Si Kecil, baca di sini.