BUMP TO BIRTH

Jika Kehamilan Sudah Melewati HPL, Apa yang Mesti Dilakukan?



Ketika melakukan konsultasi ke dokter kandungan, umumnya Moms akan diberi tahu kapan hari perkiraan lahir (HPL) Si Kecil. Biasanya HPL dihitung 40 minggu setelah menstruasi terakhir dan digunakan untuk memperkirakan usia janin. Lalu, bagaimana jika sudah mencapai HPL tapi Si Kecil tak kunjung lahir?

Tak perlu panik, Moms. Pasalnya, kebanyakan bayi lahir saat usia kandungan 37-41 minggu, dan umumnya bayi lahir seminggu setelah maupun sebelum HPL. Jadi, sangatlah umum jika Moms bersalin melewati HPL.

Nah, berikut ini beberapa hal penting yang Moms perlu tahu jika kehamilan melewati HPL. Yuk, baca lebih lanjut!

Mengapa telat?

Sebenarnya, tak ada yang benar-benar mengetahui mengapa Si Kecil bisa lahir telat dari jadwal yang diperkirakan. Namun, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko persalinan melewati HPL. Mengutip WebMD, berikut ini adalah beberapa hal tersebut:

  • Belum pernah hamil sebelumnya
  • Pernah mengalami persalinan yang lewat dari HPL sebelumnya
  • Memiliki riwayat keluarga dengan persalinan yang lewat HPL
  • Diri sendiri terlahir melewati HPL.

Baca juga: Moms, Ini 5 Penyebab Bayi Lahir Melewati HPL

Apa yang bisa dilakukan?

Yang perlu dipahami sejak awal adalah HPL merupakan sebuah panduan. Meskipun begitu, lumrah jika Moms merasa panik ataupun cemas saat Si Kecil tak kunjung lahir. Untuk itu, ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan untuk menghadapinya, seperti yang dilansir dari laman Better Health Channel berikut ini:

1. Sibukkan diri. Rencanakan kegiatan untuk dilakukan setiap hari agar Moms tak hanya duduk saja menunggu persalinan.

2. Siapkan makanan. Pasalnya, ketika Si Kecil lahir, Moms mungkin akan terlalu lelah dan sibuk sehingga tak mampu memasak atau melakukan apa pun. Untuk itu, Anda bisa menyiapkan masakan atau makanan yang disimpan di freezer atau kulkas, sehingga bisa langsung Anda panaskan saat merasa lapar nanti.

3. Beri tahu teman atau keluarga bahwa Anda akan mengontak mereka saat sesuatu terjadi. Mereka juga mungkin sama tak sabarnya dengan Anda menunggu kelahiran bayi Anda. Namun, telepon dan chat yang menanyakan kabar setiap hari bisa membuat Anda malah jadi stres.

4. Istirahat lebih banyak. Tidur siang jika Moms kesulitan tidur saat malam. Pastikan juga Anda istirahat dengan cukup agar tenaga bisa terkumpul untuk persalinan kelak.

5. Kontak dokter atau bidan jika Anda merasa gelisah atau khawatir.

Moms tak perlu khawatir berlebihan selama tetap melakukan kontrol rutin. Biasanya, dokter akan memeriksa ukuran, detak jantung, posisi, dan gerakan janin. Jika Moms sudah 2 minggu melewati HPL, maka dokter dapat melakukan pemeriksaan detak jantung janin dan volume air ketuban. Pada kasus tertentu, induksi bisa menjadi rekomendasi utama.

Adakah risiko bahaya jika terlalu lama melewati HPL?

Merupakan hal normal jika Moms bersalin melewati HPL. Dokter atau bidan tidak akan mempermasalahkannya jika kandungan Anda juga tidak memiliki gangguan. Namun, kesehatan Si Kecil bisa berisiko mengalami masalah jika kandungan menginjak usia lebih dari 42 minggu. Mengutip Mayo Clinic, ada beberapa risiko yang bisa terjadi jika kehamilan melewati masa 42 minggu, yakni:

1. Bayi terlahir lebih besar daripada ukuran umumnya (fetal macrosomia). Hal ini bisa meningkatkan risiko persalinan caesar, tindakan operasi saat persalinan per vaginam, atau salah satu pundak Si Kecil bisa tersangkut di belakang tulang pelvis Anda saat bersalin (shoulder dystocia).

2. Postmaturity syndrome, yang ditandai dengan menurunnya kadar lemak di bawah kulit, kurangnya jumlah vernix caseosa (lapisan lemak yang melindungi kulit bayi baru lahir), jumlah lanugo (rambut halus bayi baru lahir) yang lebih sedikit, serta adanya bercak air ketuban, kulit, dan tali pusar pada mekonium (kotoran pertama bayi).

3. Kadar air ketuban yang rendah, sehingga bisa memengaruhi detak jantung Si Kecil dan tekanan di tali pusat selama kontraksi.

Selain itu, kehamilan yang melewati HPL juga bisa meningkatkan risiko komplikasi persalinan, seperti luka pada vagina yang parah, infeksi, dan perdarahan postpartum. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Freepik)