KID

Heboh Anak Belanja Online Hingga 2 Juta Rupiah Tanpa Izin, Orang Tua Harus Bagaimana?



Beberapa pekan terakhir, banyak beredar video viral yang melibatkan anak-anak. Salah satunya adalah video tentang anak kecil yang melakukan pembelanjaan senilai 2 juta rupiah di e-commerce tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Dalam video yang diunggah akun Tiktok @maminyazyren, terlihat seorang anak laki-laki tengah menangis histeris sambil meminta maaf. Sementara itu, suara laki-laki dewasa dalam video tersebut bercerita bahwa anak tersebut telah melakukan pemesanan barang di Shopee dengan nilai mencapai 2 juta rupiah.

Dalam beberapa potongan video yang diunggah, terlihat anak laki-laki tersebut begitu menyesal atas tindakannya. Dari ekspresi wajahnya, si anak tampak begitu ketakutan, apalagi ketika suara laki-laki tersebut terkesan menakuti dengan mengatakan bahwa sang ibu akan meninggal karena tak bisa membayar barang yang dipesan anaknya. Namun di sela tangisnya, si anak sempat berdoa agar sang ibu punya uang untuk membayar barang yang dipesannya di e-commerce.

Bukan yang pertama

Kasus anak berbelanja di e-commerce tanpa sepengetahuan orang tua sesungguhnya bukan yang pertama kalinya terjadi. Bahkan di kolom komentar, banyak netizen yang mengungkapkan bahwa mereka juga pernah mengalami hal serupa. Apakah Moms juga pernah mengalaminya?

Perlu disadari, fenomena anak berbelanja di e-commerce tanpa izin orang tua bisa terjadi karena kurangnya pengawasan saat anak menggunakan gadget atau telepon genggam. Bukan hanya untuk berbelanja, ada juga anak yang “tak sengaja” menyaksikan tayangan dewasa menggunakan gadget milik orang tua.

Nah, agar hal tersebut tidak terjadi pada Anda, Moms perlu melakukan beberapa langkah berikut ini:

  • Selalu melakukan pengawasan saat anak menggunakan gadget.
  • Batasi penggunaan gadget. Pastikan anak hanya menggunakan gadget saat Moms ada di dekatnya.
  • Secara rutin, cek situs dan aplikasi yang sering digunakan anak. Jika perlu, batasi akses ke sejumlah situs atau aplikasi yang kurang cocok untuk anak-anak.
  • Jika memungkinkan, bedakan gadget yang digunakan anak-anak dan orang tua. Dengan begitu, anak tidak bisa dengan mudah mengakses aplikasi yang di dalamnya tersimpan data pribadi orang tua, seperti e-commerce.
  • Biasakan anak untuk meminta izin saat akan membeli sesuatu, terutama di e-commerce.

Anak bersalah, haruskah dimarahi?

Lalu bagaimana orang tua bersikap saat Si Kecil melakukan kesalahan yang cukup besar seperti anak dalam video viral tersebut? Apakah perlu dimarahi?

Menurut psikolog klinis Reynitta Poerwitto, Bach. Of Psych., M.Psi, sanksi terhadap anak yang melakukan kesalahan besar harus disesuaikan dengan usianya. Untuk anak-anak sekitar 7 hingga 9 tahun, sesungguhnya sudah bisa diberikan pengertian.

“Saat anak melakukan kesalahan, sebenarnya orang tua perlu menyadari bahwa salah satu cara pembelajaran anak adalah melalui kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Jadi, ketika anak sudah merasa bersalah, sudah mengetahui kesalahannya, dan sudah sadar akan perbuatan atau kesalahannya, maka sebaiknya orang tua tidak menambah-nambahkan dengan kata-kata yang membuat mereka merasa semakin bersalah atau istilahnya guilt trip,” kata Reynitta.

“Di sisi lain, orang tua juga sesungguhnya punya peranan dalam kesalahan yang dilakukan anak. Kalau dalam video yang beredar, seharusnya anak sebesar itu belum punya handphone sendiri. Ada kemungkinan dia menggunakan handphone orang tuanya, jadi ada kontribusi kesalahan dari bapak atau ibu anak tersebut,” lanjutnya.

Menurut Reynitta, kesalahan yang dilakukan seorang anak harus dilihat secara keseluruhan. Pastinya, ketika orang tua ingin memberikan pengertian kepada anak saat melakukan kesalahan, tidak perlu menggunakan kata-kata yang menakutkan, menakut-nakuti anak, atau memperburuk kesalahannya.

“Jika anak sudah menyadari kesalahannya, kita bisa saja memberikan sanksi yang sesuai. Akan tetapi, kita juga harus mengapresiasi sikap anak yang telah mengakui kesalahannya,” ucap Reynitta. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)