FAMILY & LIFESTYLE

Pentingnya Deteksi Dini Gangguan Fungsi Seksual pada Pria



Gangguan fungsi seksual merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami banyak pria. Meskipun begitu, masih banyak yang merasa malu ataupun ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai masalah ini, sehingga mereka tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Faktanya, satu dari tiga pria diperkirakan mengalami gangguan seksual dan lebih dari 35 persen pria mengalami lebih dari satu jenis disfungsi seksual. Oleh karena itu, gangguan ini jangan dianggap sebagai hal yang tabu karena bisa menghambat diagnosis dan penanganan lebih lanjut.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Widi Atmoko, Sp.U(K), FECMS, FICS, Ketua Cluster Uronephrology RSCM Kencana saat press conference peluncuran kembali (relaunching) Prostate Centre and Men’s Health and Couple Well-being Clinic RSCM Kencana.

”Gangguan seksual pria merupakan gangguan pada salah satu atau lebih fase pada siklus respons seksual yang menghambat individu untuk mencapai aktivitas seksual yang memuaskan. Lebih dari 35% pria dengan gangguan seksual memiliki lebih dari 1 jenis gangguan seksual. Terlebih, angka kejadian beberapa jenis gangguan seksual meningkat seiring dengan pertambahan usia,” ungkap dr. Widi.

Penyebab gangguan seksual pada pria

Menurut dr. Widi, penyebab gangguan seksual sangat beragam yang secara umum bisa terbagi menjadi masalah psikologis, organik (adanya kelainan dari sisi anatomi atau fungsi organ), maupun campuran, walaupun konsep gangguan seksual sebenarnya mencakup konsep yang lebih luas seperti masalah seksual, biologis, psikoseksual, sosiobudaya, dan hubungan interpersonal.

“Sesuai dengan definisinya, gangguan seksual pria dapat terjadi pada masing-masing fase respons seksual. Bila dijabarkan gangguan seksual dapat berupa gangguan hasrat rendah, hipogonadisme (kadar testosteron rendah), disfungsi ereksi atau impotensi, gangguan ejakulasi dan orgasme, kelainan bentuk penis, kelainan ukuran penis, serta priapismus atau ereksi berkepanjangan tanpa disertai dengan rangsangan,” jelasnya.

Untuk mengatasi gangguan seksual, dijelaskan oleh dr. Widi, terapi akan disesuaikan dengan penyebab, dan derajat keparahan gangguan yang dialami, mencakup konseling, terapi psikologis, pemberian obat, penggunaan alat tertentu, operasi, dan tentunya terapi terkini, yaitu terapi regeneratif.

Berbagai pilihan terapi ini akan ditawarkan ke pasien sesuai dengan kondisinya dan akan dipilih secara bersama melalui diskusi antara dokter dengan pasien. Untuk itu, jangan menganggap gangguan seksual sebagai hal yang tabu, karena keterbukaan sangat penting agar dokter dapat menentukan diagnosis dengan tepat. Jadi, komunikasi merupakan kunci utama dalam penatalaksanaan gangguan seksual.

Selain itu perlu dipahami juga bahwa sering kali gangguan seksual merupakan manifestasi dari masalah lain, misalnya disfungsi ereksi terjadi akibat masalah pembuluh darah. Studi menunjukkan bahwa 3-5 tahun setelah disfungsi ereksi bisa menjadi prediktor terjadinya serangan jantung.

“Dalam penanganan gangguan seksual pria, sebaiknya terapi dilakukan bersama pasangan, karena dampak gangguan seksual pria juga memengaruhi fungsi seksual wanita, begitu pula sebaliknya. Namun, ada kalanya pada saat konseling harus dilakukan satu per satu terlebih dahulu sehingga riwayat dan masalah yang dialami lebih bisa dipahami dengan baik, dan mungkin bagi pasien juga dapat lebih nyaman,” tambah dr. Widi.

Dijelaskan juga oleh dr. Widi, kehadiran Men’s Health and Couple Well-being Clinic di RSCM Kencana bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien akan layanan kesehatan fisik dan mental pria dan pasangan yang berkualitas, didukung dengan fasilitas yang lengkap dan tenaga medis yang berkompeten.

Sementara, dr. Gina Anindyajati, Sp.KJ, Psikiater RSCM FKUI menjelaskan, “Couple wellbeing sejatinya adalah kesejahteraan pasangan secara keseluruhan dalam sebuah hubungan, sehingga terdapat kesehatan fisik dan mental yang baik dalam hubungan tersebut. Ada beberapa langkah dalam menjaga keharmonisan hubungan diantaranya mengenali konflik, membicarakan konflik, belajar bersama, serta saling membantu dalam menyelesaikan masalah.”

“Apabila hubungan pasangan berjalan dengan baik, akan terdapat kesejahteraan emosional, kualitas hidup yang baik, serta kesejahteraan seksual. Happy Couple, Happy Family, Happy Life,” urai dr. Gina. (M&B/SW/Foto: Jcomp/Freepik)