FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Month: Faradina Mufti



Perjalanan karier seorang Faradina Mufti (34) di dunia akting ternyata sudah dimulai sejak 2012. Ia hadir sebagai aktris di banyak judul FTV sampai akhirnya bisa bermain di film pertamanya berjudul Single pada 2015. Kemampuan akting Faradina pun makin memikat saat memerankan karakter Sita dalam film Siksa Kubur yang tayang pada April 2024.

Namun, di balik perannya dalam film horor, Faradina justru merupakan sosok perempuan yang ceria dan penuh dengan cerita. Ia pun berbagi keseruannya menjadi ibu dari Sena (3) dan Malya (11). Moms bisa simak obrolan seru sekaligus inspiratif dalam edisi spesial ulang tahun Mother & Beyond bersama Faradina Mufti yang menjadi Mom of the Month September 2024 berikut ini.

Faradina sedang ada kesibukan apa, nih? Apakah ada project baru dalam waktu dekat?

Aku baru banget selesai beberapa promo film dan series di tahun ini. Tapi, dalam waktu dekat, belum ada project baru, karena mau istirahat dulu sambil ngurus anak-anak. Soalnya untuk film sendiri kan ada praproduksi, saat syutingnya, dan pascaproduksi yang waktunya enggak cukup 1-2 hari saja. Jadi, untuk sekarang fokus ke anak-anak sambil menunggu dan mencari project yang cocok ke depannya.

Fara memulai karier dengan mengikuti ajang Gadis Sampul 2007 dan berlanjut sebagai model foto maupun iklan. Lalu di 2011 ikut Puteri Indonesia dan melanjutkan karier di bidang akting dengan bermain di beberapa judul FTV. Apakah memang bermimpi untuk berkarier di dunia entertainment?

Tentu tidak. Aku datang ke Jakarta dan ikut kompetisi itu memang karena penasaran. Aku sendiri kuliah di jurusan DKV dan awalnya berniat untuk bekerja kantoran setelah lulus. Tapi, karena ada kesempatan, aku pun ikut lagi kompetisi di 2011 untuk Puteri Indonesia. Oh ya, aku mau meluruskan juga kalau aku tidak pernah mengikuti kompetisi Abang None Jakarta, ya. Jadi, hanya dua kompetisi saja yang pernah aku ikuti.

Dan dalam prosesnya, aku jadi model untuk beberapa iklan, sampai di 2012 aku ditawari untuk syuting FTV. Yang mengajak aku adalah manajerku yang bareng terus sampai sekarang. Dia yang rekomendasikan aku untuk main di FTV, yang syutingnya di daerah Puncak dan prosesnya maksimal hanya seminggu. Nah, aku coba deh sampai akhirnya bisa membintangi beberapa FTV.

Film pertamaku ternyata membuka pintu aku untuk berkenalan dengan para sineas yang hebat-hebat sampai sekarang.

Sekarang Fara makin dikenal sebagai aktris dan bahkan sampai masuk nominasi Festival Film Indonesia dua tahun berturut-turut. Bagaimana ceritanya?

Yang pasti perjalanannya enggak gampang, ya. Aku dari dulu juga sudah ikut casting untuk berbagai film, tapi memang ternyata rezekinya saat itu baru di FTV. Proses syutingnya juga pasti berbeda dengan syuting film. Kalau karakter di FTV enggak harus latihan yang ribet atau gimana dan pastinya syuting juga lebih cepat. Nah, baru di 2015 aku berkesempatan main di film Single karya Raditya Dika. Film pertamaku ini ternyata membuka pintu aku untuk berkenalan dengan para sineas yang hebat-hebat sampai sekarang.

Karakter dari film atau FTV apa yang paling berkesan buat Fara?

Pas di FTV kali, ya. Aku pernah memerankan karakter yang pakai wig keriting warna warni, terus nada bicaraku juga jadi lebih tinggi gitu. Cara bicaranya juga harus cepat, jadi rasanya justru menantang, tapi seru. Rasanya kan karakter itu enggak aku banget, tapi aku mau cobain dan jadi pengalaman yang berkesan banget buat aku. Dan kalau karakter lain pastinya juga berkesan, cuma aku memang suka peran yang "menantang" bahasanya, ya. Hahaha.

Setelah menikah dengan Dimas Djayadiningrat yang seorang sutradara, apakah Fara pernah menanyakan ke suami tentang karakter yang akan diambil dalam sebuah film?

Walaupun suami adalah sutradara, aku enggak pernah ngobrolin atau breakdown karakter yang aku perankan dalam film, sih. Paling, ya, saat di awal aku ceritakan garis besar ceritanya, terus ngobrol teknisnya, sebatas itu saja.

Tapi, justru yang paling penting untuk diobrolin itu tentang manajemen rumah tangga, pembagian waktu untuk handle anak-anak seperti apa. Selebihnya, suami justru bilang “Udah, turutin aja kata sutradaranya mau kamu meranin karakternya gimana. Aku percaya kamu pasti bisa jalanin perannya dengan baik.”

Bicara soal me time, seperti apa me time versi Fara?

Sama seperti ibu lainnya, me time versi aku adalah dilakukan setelah anak-anak tidur, hahaha... karena dari pagi aku pasti sudah ribet dengan persiapan sekolah atau mau main bareng. Jadi, yang aku butuhkan adalah waktu yang tenang, kalau bisa disambi dengan nonton film favorit dan itu adanya di malam hari tentunya.

Tapi, sejak hamil Sena, aku memang sudah komitmen untuk fokus ngurusin dia dan kakaknya. Makanya kalau soal me time, aku enggak yang repot harus pergi ke luar. Bahkan, kalau bisa melakukan treatment yang dipanggil ke rumah, aku lebih pilih itu saja.

Bagaimana kedekatan Fara dengan Malya yang notabene adalah anak sambung?

Aku sebenarnya sudah kenal Malya saat dia umur 3 tahun. Sama Dimas sendiri pun cuma ketemu enggak sengaja saja sebelumnya, dan kebetulan memang dia selalu pergi bareng Malya. Nah, pas mulai pacaran dan saat itu Malya sudah umur 5 atau 6 tahun, baru kenalan lebih intens. Setelah itu pun aku jadi teman mainnya Malya dan kita memang jadi makin dekat juga.

Aku berharap anak-anak bisa tahu apa yang mereka mau lakukan di masa depan sesuai keinginan mereka sendiri dan mereka bisa menjalankan hal itu dengan komitmen.

Bagaimana pola asuh yang Fara dan Dimas Djay terapkan pada Sena dan Malya? Apakah ada perbedaan?

Pastinya ada perbedaan, karena usia Sena dan Malya juga bedanya sekitar 7 tahun. Kalau aku memang pasti fokus ke Sena yang di usianya sekarang makin aktif. Jadi kalau ada project, aku dan Dimas pasti mencocokkan waktu dulu, siapa yang bisa di rumah untuk tetap bareng sama anak-anak.

Kalau Malya yang sudah di usia 11 tahun ini justru lagi betah banget di kamar. Habis pulang sekolah, maunya langsung ngadem di kamarnya sendiri. Kalau diajak stay di bawah, alasannya, “Ya aku kalau di bawah mau ngapain?” Padahal, kan ya bisa ngobrol gitu, lho! Tapi, enggak heran usia segitu memang lagi waktunya dia suka sendiri, sudah kenal skincare dan lainnya.

Tapi, kami berdua sebagai orang tua membebaskan anak-anak untuk eksplorasi hal yang mereka suka. Susahnya kalau sudah mulai berargumen, anak maunya apa, kita orang tua maunya apa, cara menyatukannya pasti harus diskusi dulu. Tidak dengan memaksakan mereka harus nurut sama kita, tapi putar otak untuk dapat cara supaya anak bisa memilih apa yang aku atau ayahnya sarankan buat mereka.

Yang paling penting, aku dan ayahnya selalu siapkan waktu untuk kita berempat ada di satu ruang yang sama, kita ngobrol bareng, misalnya pas jam makan siang kita kumpul di meja makan. Intinya selalu ada waktu untuk kita semua luangkan bersama.

Sena hampir berusia 3 tahun, apa saja tantangan yang Fara rasakan saat menghadapi si threenager?

Wah, Sena ini talkative banget. Dia tipe anak yang harus di-briefing dulu di awal sebelum pergi atau melakukan kegiatan. Hebatnya Dimas, dia bisa berdiskusi sama Sena. Misalnya, seperti kalau Sena mau nonton film kesukaannya, tapi harus mandi dulu. Nah, itu sudah mulai debat kalau sama aku yang tipenya sat set langsung aja, gitu. Kalau ayahnya kasih solusi gini, “Sena sekarang pilih film yang mau ditonton. Habis itu kita pause dulu supaya Sena bisa mandi. Habis selesai mandi, Sena bisa lanjut nonton, deh.” Dan itu berhasil!

Tapi adakah hal yang berkesan banget buat Fara selama tumbuh kembang Sena sampai saat ini?

Sena itu unik. Dia itu lahir prematur dan harus masuk NICU. Nah, kalau lagi ada dokter yang visit dan mau jelasin kondisinya ke aku, Sena tuh langsung diem dan ikut menyimak penjelasannya. Terus, di umur 1 tahun dia sudah bisa komunikasi sama kita, karena memang di rumah sering kita ajak ngobrol. Tapi, jadinya dia kayak mesin fotokopi yang langsung akan meniru apa pun yang kita omongin. Makanya kalau ada Sena, kita ngobrol harus hati-hati memilih kata.

Apa harapan Fara untuk Sena dan Malya di masa depan?

Aku berharap mereka bisa tahu apa yang mereka mau lakukan di masa depan sesuai keinginan mereka sendiri dan mereka bisa menjalankan hal itu dengan komitmen, seperti yang aku dan ayahnya hadapi saat ini. Insyaallah aku dan Dimas mendukung apa pun untuk anak-anak, selama itu baik buat mereka.

Apa 3 hal yang menggambarkan Faradina sebagai seorang ibu?

Kerja sama, saling mendukung, penuh kasih, dan bahagia. Lebih sedikit boleh, ya, hahaha.

Faradina tampak selalu bugar di setiap aktivitas. Boleh share tipsnya untuk Moms supaya tetap bugar, sehat, dan punya bentuk badan ideal?

Kalau bisa dari sebelum punya anak sudah biasakan untuk olahraga, karena aku mengalami sendiri bahwa setelah hamil badanku bisa kembali ideal dengan gampang. Enggak perlu yang nge-gym berjam-jam, pilih saja olahraga yang nyaman untuk tubuh, seperti aku saat ini memilih untuk rutin melakukan yoga. Gerakannya enggak dilakukan dengan tempo cepat, tapi justru jadi lebih mindfulness saat menjalaninya.

(M&B/Vonia Lucky/SW/Fotografer: Gustama Pandu/Digital Imaging: Erlangga Namaskoro/MUA: Inez (@inezfab)/Hairstylist: Wulan (@nwhair_)/Wardrobe Faradina Mufti: Paulina Katarina (@paulinakataria)/Wardrobe Harsyena: mini pk by Paulina Katarina (@minipkbypaulinakatarina)/Location: PARKROYAL Serviced Suites Jakarta (@parkroyalservicedsuitesjakarta))