FAMILY & LIFESTYLE

Fakta: Kanker Serviks dapat Dicegah 100 Persen



Fakta mengenai data penderita kanker serviks ternyata sangat memprihatinkan. Setiap 2 menit, ada perempuan di dunia meninggal dunia akibat kanker serviks. Kanker serviks menjadi penyebab kematian kedua setelah jantung koroner.


Di Indonesia, kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua setelah kanker payudara. Diketahui, 1 dari 1.000 perempuan mengalami kanker serviks. Tak banyak yang bisa bertahan dari kanker leher rahim ini. Angka kematian mencapai 80 persen per tahun. Sungguh miris, bukan?


CEGAH DENGAN VAKSIN HPV

Kabar baiknya, menurut Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K), Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), berkat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, kanker serviks dapat dicegah. “Pencegahan kanker serviks ada yang primer dan sekunder. Pencegahan primer dengan cara pemberian vaksin, sedangkan pencegahan sekunder berupa skrining.”


Sayangnya, lanjut Prof. Andrijono, cakupan skrining di Indonesia masih sangat rendah, yaitu melalui IVA (inspeksi asam visual asetat) hanya 3,5% dan pap smear hanya 7,7%. “Karenanya, kita perlu meloncat ke program vaksinasi. Kalau infeksi HPV bisa dicegah, kanker serviks bisa dicegah,” jelasnya dan Forum Ngobras di Hongking Cafe di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.


Karena penyebab utama kanker serviks sudah diketahui yaitu Human Papilloma Virus (HPV) dan vaksin sudah tersedia, sehingga kanker serviks bisa dicegah hampir 100 persen. Selain kanker serviks, jenis vaksin ini juga dapat mencegah kanker mulut, vagina, nasofarink, penis dan anus.


Semakin dini vaksin HPV diberikan maka dapat memberikan efek yang lebih baik. Pada anak usia 9-13 tahun, vaksin diberikan dalam 2 dosis atau 2 suntikan. Kemudian, untuk usia 14-45 tahun diberikan dalam 3 dosis. Dibandingkan skrining, pemberian vaksin diyakini jauh lebih efektif.


“Bila ditemukan lesi pra kanker saat skrining, perlu dilakukan terapi dan akan ada morbiditas (kondisi penyakit) yang terjadi. Bila lesi pra kanker sudah grade 3, rahim harus diangkat, sehingga perempuan tersebut tidak bisa punya anak lagi. Sedangkan dengan vaksin, dengan 2-3 suntikan, sudah mendapat proteksi hingga 15 tahun,” kata Prof. Andrijono.


TANPA EFEK SAMPING

Vaksin HPV telah diuji keamanannya melalui kajian ilmiah oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Sejak tahun lalu, vaksin ini telah diberikan kepada anak-anak di hampir semua Sekolah Dasar di DKI Jakarta.


Dosis pertama diberikan pada siswa kelas 5 SD dan dosis berikutnya di kelas 6 SD. Selama pemberian, tak ada efek samping yang berarti. Sama seperti suntikan pada umumnya yaitu di lengan, mungkin akan terasa nyeri. “Program vaksinasi ini telah berhasil dilakukan pada 92 persen anak-anak SD, dan sisanya disebabkan oleh beberapa hal, seperti sudah divaksin HPV, jatuh sakit dan beragam kondisi lainnya,” ungkap dr. Widiastuti dari Dinkes Pemrov DKI Jakarta.


Selanjutnya, Kemenkes akan berusaha menjadikan vaksinasi ini sebagai program nasional. Tahun depan, pemberian vaksin HPV dilakukan di Yogyakarta dan Surabaya, kemudian di Manado dan Makassar pada 2019 mendatang.


VAKSIN HPV UNTUK PEREMPUAN DEWASA

Vaksin HPV sangat dianjurkan untuk perempuan dewasa. Namun, diberikan sebanyak 3 dosis atau 3 kali suntikan dalam selisih rentang waktu 3 bulan. Mengapa dewasa membutuhkan 3 dosis sementara anak-anak hanya 2 dosis? “Soalnya, imunitas tubuh anak-anak bisa merespons vaksin dan membentuk kekebalan tubuh lebih baik daripada imunitas orang dewasa,” jawab Prof. Adrijono. (Meiskhe/HH/dok.Freepik)