Usaha pertama agar Si Kecil memiliki masa depan yang cerah, ialah dengan menstimulasi otak anak. World Health Organization(WHO), mendukung hal itu, bahwa seorang anak, khususnya balita, harus mendapatkan stimulasi positif dari lingkungannya. Dengan stimulasi yang baik, balita akan mampu mengolah otak mereka sehingga kemampuan kognitif, sosial, dan perilakunya dapat berkembang dengan baik.
Untuk bisa mencapai itu, para orang tua, khususnya ibu, harus hadir dalam tumbuh kembangnya. Di mana dalam tahapan umurnya si buah hati distimulus oleh orang tuanya.
Umur 0-6 bulan, orang tua harus mengajak bayi bicara dengan menyentuhnya. Karena pada masa ini, bayi belajar mengenali wajah, suara dan bau tubuh orang lain. Kemudian 12-18 bulan, saat dia sudah bisa berjalan dan mengekplorasi terhadap apa yang ada lingkungannya, orang tua hanya perlu membiarkannya bermain dan mengawasinya.
Setelah itu, di usia 24-30 bulan orang tua harus mengajarkan kemampuan sosialnya, seperti saling berbagi, saling menghargai, juga saling mengapresiasi dengan berkata 'terima kasih' dan 'minta tolong'. Kenapa hal ini penting? Salah satunya karena di umur ini biasanya Si Kecil sudah punya teman bermain.
Dan perlu diingat, kalau pelajaran yang Moms berikan tidak bisa diterima anak dalam semalam. Ya, orang tua harus mengajarkan hal-hal baik tersebut setiap hari. Bagi ibu yang statusnya berkerja, kondisi itu tentu sangat menantang. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, ia harus mampu mangasuh dan menstimulasi anak.
Meski begitu, bukan berarti Anda tidak bisa melakukannya lho, Moms! Asal ibu bekerja punya komitmen untuk memprioritaskan anak ketimbang perkerjaannya, Anda bisa menstimulus anak hingga akhirnya tumbuh kembangnya optimal.
Kebetulan kami sudah berkonsultasi dengan Mira D. Amir, psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Universitas Indonesia, mengenai hal itu. Tentang prinsip yang harus dimiliki ibu bekerja dalam mendidik anak. Untuk lengkapnya, berikut penjelasan Mira.
Bisa diajak main
“Catatan untuk seorang ibu bekerja untuk mengstimulus anak: Anda harus mau diajak main. Jadi, Anda harus mau diajak main dan harus ngajak main. Mainnya apa? Macam-macam. Bisa menyesuaikan tahapan umurnya dan minatnya. Kalau anakmu tergolong dominan di verbal, Anda bisa mendongengi ia cerita. Kalau ia tipe yang kinestetik, Anda bisa mengajak dia bermain sepedah atau main kuda-kudaan. Kalau anak Anda kreatif, Anda bisa mengajaknya bermain lego bersama,” urai Mira
Fleksibel saja
Ini karena anak-anak itu tak bisa ditebak. Sebagai contoh, untuk urusan makan. Kadang gampang, kadang susah. Saat pagi dikasih makannya gampang banget, tapi saat malamnya..., susah! Nah karena sifat anak yang berubah-ubah, disarankan agar Moms tidak gampang marah. Ada kalanya rencana Moms tidak sesuai harapan.
“Jadi, sebagai ibu bekerja itu harus tetap kalem kalau kondisi anak sedang tidak sesuai harapan, enggak juga akhirnya mudah putus asa, dan pasrah serta enggak bikin agenda kegiatan dengan anak. Tetap usaha juga. Yang sudah terjadi, ya biarkan saja. Selagi kondisi masih bisa disiasati, maka siasatilah,” terang Mira.
Dilarang perfeksionis!i
Setiap ibu pasti punya bayangan mengenai cara ia mendidik anaknya. Tapi keberhasilan mendidik anak itu juga dipengaruhi karakter si ibunya, apakah fleksibel, idealis atau perfeksionis. Dan, Mira menyarankan agar fleksibel atau mengalah dalam kondisi tertentu. Karena – kembali lagi, prilaku anak itu tidak bisa ditebak dan hanya dengan menjadi pribadi luwes yang membuat kita tidak mudah 'senewen'.
Misal, dalam urusan makan dan Anda tipikal perfeksionis. Anda sudah berusaha keras membuat makanan, kemudian Anda ingin dia makan di meja makannya, dan dia ternyata tidak mau makan di mejanya dan dia maunya di depan TV, lalu Anda marah dan anak Anda malah melempar makanannya. Hasilnya, pasti kondisi itu akan membuat Anda kesal dan marah. Siapa yang rugi? Ya, Anda sendiri. Tapi lain ceritanya kalau Anda luwes, kalau dia lebih pengen duduk di depan TV, biarkan saja. Tetapi, tetap, Anda awasi.(Qalbinur Nawawi/Dok. Pexels)
Panduan Lengkap Ibu Bekerja Mendidik Anak (I)
Yang Harus Diperhatikan Ibu Bekerja dalam Mendidik Anak