Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu gangguan kesehatan yang umum terjadi. Siapa pun bisa mengalaminya, termasuk ibu hamil. Menurut organisasi March of Dimes, sekitar 10% wanita mengalami infeksi saluran kemih di masa kehamilannya. American Pregnancy Association (APA) juga menambahkan kalau risiko ISK memang meningkat pada wanita hamil, mulai dari kehamilan minggu ke-6 hingga minggu ke-24.
90% ISK disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Bakteri lain yang juga bisa menyebabkan ISK adalah Staphylococcus saprophyticus, seperti yang disebutkan oleh WHO. Bakteri-bakteri ini bisa berkembang di setiap bagian dari saluran kandung kemih Anda, mulai dari ginjal, berlanjut ke ureter, dan berakhir di uretra.
Penyebab dan gejala ISK
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG), anatomi tubuh wanita membuatnya rentan terkena ISK setelah berhubungan seks. Ujung uretra ada di depan vagina, dan selama berhubungan seks, bakteri dekat vagina bisa masuk ke uretra lewat kontak dengan penis, jari, atau benda lain.
Selama kehamilan, posisi saluran kemih tersebut berubah. Menurut APA, saat hamil, rahim berada tepat di atas kandung kemih. Seiring perkembangan rahim, beratnya dapat mengganggu pengosongan urine dalam kandung kemih hingga menyebabkan infeksi Escherichia coli lebih mudah menyerang sistem saluran kemih.
ISK bisa membuat Anda sangat tidak nyaman, terutama saat buang air kecil. Berikut ini beberapa gejalanya.
- Nyeri saat buang air kecil
- Lebih sering ingin buang air kecil dibandingkan biasanya
- Ada darah di urine
- Kram di bagian bawah perut
- Nyeri saat berhubungan intim
- Sering bangun tidur tengah malam untuk buang air kecil
- Perubahan banyaknya urine, entah lebih banyak atau sedikit
- Urine berwarna keruh dan berbau menyengat
- Kandung kemih terasa nyeri
- Saat bakteri sudah menyebar ke ginjal, Anda akan merasa demam, sakit punggung, juga mual muntah.
Baca juga: Jangan Bercinta Jika Punya Infeksi Saluran Kemih, Ini Alasannya
Risiko jangka panjang
Menurut ACOG, risiko Anda terserang ISK akan meningkat jika memiliki riwayat ISK sebelumnya. Sudah melahirkan beberapa kali, menderita diabetes, hingga mengalami obesitas juga menjadi risiko lainnya. Tidak hanya berbahaya bagi kehamilan, ISK juga berbahaya bagi kesuburan wanita. Jika Anda mengalami ISK yang berulang, biasanya lama-kelamaan akan menimbulkan infeksi pada saluran reproduksi, yang nantinya bisa menyebabkan infertilitas.
Jika Anda mengalami ISK sebanyak 2 kali dalam setahun, maka Anda terkena infeksi berulang. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko Anda terkena infeksi berulang di antaranya:
- Rutin berhubungan intim
- Pertama kali ISK di usia muda
- Menggunakan spermicide (pelemah sperma)
- Menggunakan diaphragm (alat kontrasepsi)
- Berganti pasangan seks.
Mencegah dan mengobati
Untuk mencegah dan mengurangi risiko ISK, Anda bisa melakukan langkah-langkah berikut ini, Moms.
- Setelah buang air kecil, lap vagina dari depan ke belakang
- Jangan lupa mencuci bersih kulit di area anus dan vagina
- Hindari penggunaan vaginal douches, bedak, dan deodoran semprot ke vagina
- Banyak minum dapat mengeluarkan bakteri dari sistem urine Anda
- Segera kosongkan kandung kemih ketika Anda sudah ingin buang air kecil, atau tiap 2-3 jam
- Buang air kecil sebelum dan sesudah seks
- Kenakan celana dalam berbahan katun.
WHO menyarankan penggunaan obat oral untuk mengatasi ISK, seperti trimethropin, nitrofurantoin, dan cefalexin. Namun, sebaiknya ibu hamil tidak mengonsumsi trimethropin. Bagaimana pun, dokter Anda akan memberikan pengobatan yang aman untuk Anda dan janin. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Freepik)