Setiap pasangan yang telah menikah umumnya menginginkan kehadiran seorang anak di tengah mereka. Meskipun begitu, ada yang sudah lama menantikan kehadiran buah hati, tapi belum juga berhasil mendapatkan momongan.
Sering kali jika pasangan belum memperoleh keturunan, yang kerap disalahkan adalah sang istri. Nyatanya, hal tersebut tidaklah benar, karena masalah kesuburan bisa terjadi baik pada suami maupun istri.
Baca juga: 7 Makanan untuk Meningkatkan Kesuburan Anda
Siapa yang harus cek kesuburan, suami atau istri?
Sebuah studi menunjukkan bahwa 30-40 persen kasus kemandulan berasal dari pria, 40 persen lagi berasal dari pihak wanita, dan sisanya, 20-30 persen, merupakan kombinasi masalah kesuburan dari keduanya atau disebut juga dengan ketidaksuburan yang tidak bisa dijelaskan (unexplained infertility). Maka, pemeriksaan kesuburan idealnya dilakukan oleh kedua belah pihak.
Kondisi kesehatan memang secara umum bisa berpengaruh pada tingkat kesuburan Anda. Karena itu, tes kesuburan biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan pada bagian reproduksi.
Selain itu, dokter juga akan melakukan wawancara pada pasangan suami istri guna mengetahui riwayat penyakit secara umum, misalnya apakah di antara Anda ada yang menderita diabetes, penyakit tiroid, infeksi menular seksual, maupun mengonsumsi obat-obatan.
Namun, siapa yang harus terlebih dahulu memeriksakan kesuburannya, kalau begitu? Tidak masalah siapa saja yang terlebih dahulu melakukannya, yang penting Anda berdua sebaiknya menjalani tes kesuburan, sehingga bisa diketahui masalah yang menyebabkan Anda dan pasangan belum memperoleh keturunan serta bisa dicarikan solusinya.
Baca juga: Wajib Coba! Ini 8 Cara Alami Meningkatkan Kesuburan Anda
Tes kesuburan untuk pria
Beberapa tes yang khusus dilakukan pada pria, antara lain:
- Analisis sperma. Pria akan diminta memberikan sampel air maninya guna dilakukan pemeriksaan. Setelah itu dilakukan analisis sperma.
- USG. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan pada organ reproduksi pria.
- Pemeriksaan hormon. Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan level testosteron dan hormon lainnya pada pria.
- Pemeriksaan genetik. Kelainan genetik juga bisa menyebabkan kemandulan pada pria. Karena itu, tes ini juga mungkin dibutuhkan.
- Biopsi testis. Dalam beberapa kasus, pria juga akan menjalani pemeriksaan dengan cara diambil sampel jaringan testisnya untuk diperiksa apakah ada masalah pada produksi spermanya.
- Pemeriksaan chlamydia. Melalui contoh urine pria, dokter juga akan memeriksa apakah terdapat chlamydia, jenis penyakit infeksi yang bisa menyebabkan kemandulan.
Tes kesuburan untuk wanita
Untuk wanita sendiri, tes kesuburan diawali dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan organ reproduksi wanita, riwayat kesehatan, serta pemeriksaan ginekologi. Beberapa tes yang khusus dilakukan pada wanita, antara lain:
- Tes ovulasi. Dilakukan dengan cara mengambil darah Anda untuk menentukan apakah Anda berovulasi dan menghasilkan sel telur secara teratur.
- Pemeriksaan cadangan sel telur pada ovarium. Tes ini untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sel telur yang tersedia untuk ovulasi. Seringnya, tes ini diawali dengan pemeriksaan hormon pada awal siklus menstruasi Anda.
- Pemeriksaan hormon. Anda juga mungkin akan diminta melakukan pemeriksaan hormon, seperti hormon tiroid dan kelenjar pituitari yang berpengaruh pada proses reproduksi.
- Pemeriksaan USG dan HSG. USG dilakukan untuk mencari apakah ada gangguan pada rahim, sedangkan HSG (histerosalpingografi) bertujuan untuk mencari tahu kondisi rahim dan tabung saluran indung telur.
- Hysteroscopy. Anda juga akan disarankan untuk melakukan tes ini jika punya keluhan soal kesuburan. Caranya dengan memasukkan alat khusus melalui leher rahim untuk memantau kondisi rahim dan memeriksa apakah ada kelainan.
(M&B/SW/Foto: Freepik)