Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

5 Mitos Terbesar Seputar Nutrisi

5 Mitos Terbesar Seputar Nutrisi

Asupan nutrisi sangat memengaruhi kesehatan tubuh manusia. Demi mendapatkan nutrisi terbaik, pasti Anda akan mencari berbagai informasi yang Anda butuhkan. Namun banyaknya informasi terkait nutrisi yang beredar tentu terkadang membuat Anda bingung. Belum lagi banyak pula pendekatan atau keyakinan tentang nutrisi yang terbaik bagi tubuh yang mungkin diyakini oleh masing-masing orang.

Meyakini atau mempercayai hal terkait nutrisi tanpa dasar ilmiah bisa menjadi hal yang membahayakan. Maka sebelum Anda mempercayainya, simak beberapa mitos terbesar seputar nutrisi yang telah M&B rangkum untuk Anda.

1. Gula delapan kali Lebih adiktif daripada kokain

Menghindari konsumsi gula memang tak mudah. Beberapa peneliti percaya hal ini dikarenakan gula dan segala makanan yang mengandung gula memiliki sifat adiktif. Hal yang medukung pernyataan ini karena gula dapat mengaktifkan area yang sama di otak manusia maupun hewan sebagai obat rekreasi.

Beberapa peneliti bahkan mengklaim bahwa gula delapan kali lebih adiktif daripada kokain. Klaim ini berasal dari sebuah penelitian yang menemukan bahwa tikus lebih suka air yang dimaniskan dengan gula atau sakarin daripada kokain intravena.

Meski hasil penelitian tersebut mengejutkan, tetapi tidak lantas membuktikan bahwa gula memiliki daya tarik kecanduan delapan kali lipat bagi manusia dibandingkan dengan kokain. Gula dapat memicu masalah kesehatan, dan mungkin membuat ketagihan. Namun, tidak mungkin lebih adiktif daripada kokain.


Baca Juga: Menu Sarapan yang Sehat? Ini Kata Ahli Nutrisi


2. Perhitungan kalori tidak berpengaruh pada naik atau turunnya berat badan

Beberapa orang beranggapan bahwa saat menjalani program penurunan berat badan, mungkin asupan kalori menjadi hal paling penting yang harus diperhatikan. Di sisi lain, tak sedikit pula orang yang beranggapan bahwa perhitungan kalori tidak relevan. Karena selama Anda memilih makanan yang tepat saat program penurunan berat badan dilakukan, berapa pun banyak kalorinya, berat badan akan tetap bisa turun.

Namun faktanya, saat Anda menjalani program penurunan berat badan, lebih banyak kalori yang dibakar atau hilang dari tubuh, dibandingkan kalori yang masuk dalam tubuh Anda. Intinya asupan kalori akan selalu mempengaruhi penurunan dan penambahan berat badan.


Baca Juga: Bakar Kalori dengan Olahraga Sederhana


3. Minyak zaitun tidak baik untuk memasak

Tak sedikit orang yang percaya bahwa minyak zaitun tidak baik digunakan untuk memasak. Hal ini karena lemak dan antioksidan sensitif terhadap panas, sehingga senyawa berbahaya dapat terbentuk saat proses memasak.

Namun sebenarnya hal ini berlaku pada minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda, seperti minyak kedelai dan minyak jagung. Sedangkan kandungan lemak tak jenuh ganda dari minyak zaitun hanya 10-11%. Persentase Ini lebih rendah dibandingkan dengan kebanyakan minyak nabati lainnya. Saat menggunakan minyak zaitun untuk memasak, minyak tersebut dapat mempertahankan sebagian besar sifat nutrisinya saat dipanaskan.


Baca Juga: Makanan Sumber Kolagen untuk Kulit


4. Kopi yang dibeli di toko mengandung mikotoksin tingkat tinggi

Ada mitos bahwa sebagian besar kopi mengandung kadar mikotoksin yang berbahaya. Mikotoksin merupakan senyawa berbahaya yang berasal dari jamur. Namun, hal ini tidak mungkin terjadi, karena ada peraturan ketat yang mengendalikan kadar mikotoksin dalam makanan. Jika suatu tanaman melebihi batas keamanan, produsen harus membuangnya.

Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa jika Moms minum 4 cangkir (945 ml) kopi sehari, Anda hanya akan mengonsumsi 2% dari asupan mikotoksin maksimum yang aman. Level-level ini masih berada dalam batas aman.


Baca Juga: Cara Aman Konsumsi Kopi Bagi Ibu hamil dan Menyusui


5. Karbohidrat berbahaya untuk tubuh

Beberapa orang percaya bahwa karbohidrat tidak baik untuk kesehatan dan bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan. Maka diet rendah karbohidrat pun mulai digencarkan. Jika Anda memiliki kondisi metabolisme tertentu seperti obesitas atau diabetes tipe 2, diet rendah karbohidrat ini mungkin dapat membantu. Namun hal ini bukan berarti menunjukan bahwa karbohidrat tidak sehat, terutama karbohidrat yang utuh dan tidak diproses. (Vonda Nabilla/SW/Dok.Freepik)