
Ada banyak faktor yang berpengaruh pada tumbuh kembang seorang anak, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan hormon. Jika semua faktor tersebut bisa dipenuhi dan keberadaannya seimbang, maka tumbuh kembang anak akan optimal. Sebaliknya, kekurangan salah satu dari faktor tersebut akan menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang.
Moms mungkin mengenal istilah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurangnya asupan gizi. Walaupun begitu, ada juga penyebab lain yang belum diketahui oleh banyak orang, yakni kekurangan hormon pertumbuhan yang dikenal dengan sebutan Growth Hormone Deficiency.
Yuk, kenali penyebab, gejala, dan cara menangani gangguan ini, Moms!
Penyebab Growth Hormone Deficiency
Dilansir dari Honestdocs, Growth Hormone Deficiency (GHD) atau kekurangan hormon pertumbuhan terjadi ketika kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari tidak menghasilkan hormon pertumbuhan yang cukup, padahal hormon ini dibutuhkan untuk membantu anak tumbuh tinggi.
Kelenjar hipofisis atau pituitari merupakan kelenjar berukuran sebesar kacang polong yang terletak di bagian bawah otak. Secara umum, kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan hormon yang mengatur berbagai fungsi organ tubuh, salah satunya produksi hormon pertumbuhan yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan, termasuk tulang dan jaringan tubuh.
Penyebab pasti dari kekurangan hormon pertumbuhan ini belum diketahui secara pasti. Namun, telah ditemukan bahwa pada anak-anak kekurangan ini bisa terjadi jika mereka memiliki kelainan bentuk tengkorak atau wajah tertentu seperti langit-langit mulut atau bibir sumbing.
Gejala Growth Hormone Deficiency
Kasus GHD lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa dan dialami oleh 1 dari 7.000 anak yang lahir. Anak yang mengalami GHD umumnya lahir dalam kondisi normal, tapi dalam beberapa tahun kemudian akan terlihat jika pertumbuhan tinggi badannya lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusianya.
Ya, Salah satu gejala yang paling mencolok dari GHD adalah kurangnya pertumbuhan yang stabil dan teratur. Anak dengan GHD biasanya akan lebih pendek daripada teman-teman sebayanya dan memiliki wajah yang lebih muda dan bulat. Ia juga mungkin saja berperawakan gemuk, walaupun proporsi tubuhnya terlihat normal.
Perkembangan tulang yang lemah di tengah wajah juga merupakan pertanda hormon pertumbuhan yang tidak mencukupi. Tanda lainnya, saat anak dengan GHD mencapai masa remaja, ia mungkin akan terlambat mengalami pubertas atau bahkan tidak mengalaminya sama sekali.
Penanganan Growth Hormone Deficiency
Masalah GHD yang tidak ditangani dan dibiarkan begitu saja selain membuat anak jadi terhambat tumbuh kembangnya, mendapat masalah sosial dan psikologis, juga bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental, fungsi jantung, dan parameter metaboliknya.
Kondisi GHD yang dideteksi sejak dini dan menjalani perawatan segera akan memiliki tingkat kesembuhan yang cukup baik. Jika Moms merasa pertumbuhan Si Kecil tidak maksimal, segera periksakan ia ke dokter. Dokter akan melakukan sejumlah tes yang bisa mengonfirmasi diagnosis jika Si Kecil mengalami GHD.
Salah satu penanganan anak yang mengalami GHD adalah dengan memberikan hormon pertumbuhan lewat terapi. Hormon pertumbuhan sintetis telah digunakan dengan sukses untuk mengobati anak-anak dan orang dewasa yang mengalami GHD. (M&B/SW/Foto: Freepik)