Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Ini Penyebab Anak Terus Merasa Lapar Padahal Sudah Makan

Ini Penyebab Anak Terus Merasa Lapar Padahal Sudah Makan

Moms, Anda mungkin akan senang melihat anak makan dengan lahap. Ya, banyak orang tua merasa gembira jika anaknya doyan dan sangat menikmati makan, karena ini pertanda nutrisinya terpenuhi sebagai bekal tumbuh kembangnya.

Namun, bagaimana jika anak terus-menerus merasa lapar padahal ia sudah makan, bahkan nafsu makannya seakan tak bisa terbendung? Padahal seingat Anda, belum lama Si Kecil menyelesaikan makanannya, eh, kini ia sudah minta makan lagi. Jika ya, mungkin ini bukan pertanda baik untuknya lho, Moms! Yuk, ketahui apa saja alasan Si Kecil yang terus-menerus merasa lapar dan selalu ingin makan!

1. Memasuki masa growth spurt

Growth spurt adalah lonjakan pertumbuhan. Pada bayi, momen ini ditandai dengan pertambahan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala yang lebih cepat. Ciri utama growth spurt pada bayi adalah ketika buah hati Anda menyusu tanpa henti. Jika biasanya Si Kecil menyusu 2 jam sekali dengan durasi sekitar 15 menit, maka durasi menyusu saat growth spurt bisa bertambah berkali-kali lipat.

Adapun di usia balita, salah satu pertanda ia mengalami lonjakan pertumbuhan adalah rasa lapar terus-menerus. Ya, meskipun Anda tidak bisa melihatnya secara langsung, Si Kecil sebenarnya sedang menjalani periode tumbuh kembang yang cepat. Jadi saat balita mengalami growth spurt, ia akan butuh asupan nutrisi lebih banyak. Bisa jadi saat makan ia akan minta agar porsinya ditambah atau setelah capek beraktivitas, ia langsung merasa lapar dan minta makan.

2. Porsi makan tidak cukup

Kemungkinan lain yang menyebabkan Si Kecil terus-menerus merasa lapar adalah kurangnya porsi makan yang ia dapatkan. Sederhana saja, bila anak belum merasa kenyang, ia pasti akan minta makan lagi, Moms. Untuk itu, pastikan anak Anda makan sebanyak tiga kali dalam sehari ya, Moms. Sebaiknya porsi yang Anda berikan juga jangan terlalu sedikit maupun terlalu banyak.

Selain itu, pastikan juga Anda memberikan makanan dengan gizi seimbang disertai asupan yang lengkap, terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan nutrisi lain yang dibutuhkan untuk energi dan tumbuh kembang Si Kecil.

3. Jadwal makan tidak teratur

Selain menyediakan porsi yang pas dan menyediakan makanan dengan gizi seimbang, Anda juga harus mengatur jadwal makan anak secara konsisten. Jadwal makan yang berubah-ubah bisa membuat perut Si Kecil jadi lapar setiap saat akibat jadwal makan yang tidak teratur.

4. Makanan tidak disukai

Meskipun masih kecil, balita juga punya selera makannya sendiri. Ketika menu makanan yang diberikan kepadanya tidak sesuai dengan makanan favoritnya, maka Si Kecil akan malas-malasan untuk makan. Alhasil, ia akan mengambil sedikit makanan dan mengaku sudah kenyang. Namun, tak lama kemudian ia akan mengatakan lapar kembali meskipun sudah makan sebelumnya.

Baca juga: Mengatasi Kebiasaan Balita yang Gemar Mengemut Makanan

5. Mengidap Prader-Willi syndrome

Jika anak terus-menerus merasa lapar dan seakan tak pernah kenyang, kemungkinan lainnya adalah ia mengidap Prader-Willi syndrome (PWS). Ini adalah kondisi kelainan genetik yang memengaruhi nafsu makan, pertumbuhan, metabolisme, juga fungsi kognitif dan perilaku seseorang.

PWS ditandai dengan tonus otot yang rendah (kontraksi otot lemah), perawakan pendek akibat tidak memperoleh cukup hormon pertumbuhan, cacat kognitif, masalah perilaku, metabolisme lambat yang bisa menyebabkan anak sering lapar tapi tak pernah merasa kenyang.

Kelainan yang umumnya baru terlihat jelas sejak anak berusia 2 tahun ini menyebabkan ia merasa lapar terus-menerus. Bahkan bisa saja ia memiliki pola makan abnormal, misalnya memakan makanan mentah hingga benda yang tidak seharusnya dimakan. Anak dengan kelainan PWS sangat berisiko mengalami obesitas dan komplikasinya seperti diabetes melitus dan gangguan kardiovaskuler.

Jika Moms mencurigai hal tersebut terjadi pada anak Anda, segeralah membawanya ke dokter agar bisa diberikan diagnosis lebih lanjut. PWS tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan total. Namun, gejalanya bisa dikendalikan jika anak memperoleh diagnosis sedini mungkin. (M&B/Binar MP/SW/Foto: Freepik)