Bagi Angela Tanoesoedibjo (34), Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), seorang ibu yang berhasil adalah ia yang memiliki ikatan berkualitas dengan keluarganya, terutama dengan sang buah hati.
Diangkat sebagai Wamenparekraf pada 2019 silam, wanita bernama lengkap Angela Herliani Tanoesoedibjo ini menjalani rutinitas kesibukan yang baru. Untuk itu, manajemen prioritas menjadi sangat penting agar ikatan dan relasi dengan suami, Michael Stefan Dharmajaya (33), serta kedua buah hatinya, Theodore Maximillian Dharmajaya (7) dan Madeline Eleanor Dharmajaya (6), tetap berkualitas dan kuat.
Apa rahasia sukses manajemen prioritas ala Angela? Bagaimana ia merawat putra dan putrinya dengan segala kesibukan yang ada? Simak wawancara eksklusif Mother&Baby dengan Angela Tanoesoedibjo yang menjadi Mom of the Month April 2021!
Bagaimana profesi sebagai Wamenparekraf memengaruhi kehidupan anda dan keluarga?
Sebelum diangkat, dulu saya memang sudah punya kesibukan karena memang sudah bekerja sebelumnya. Jadi berbicara soal kesibukan, saya sudah biasa. Pulang larut malam atau long hours. Anak-anak sudah tahu, suami juga sudah tahu.
Bedanya, kalau di Kemenparekraf, saya jadi sering ke luar kota, saat sebelum pandemi, dan banyak pergi ke luar negeri juga sehingga cukup berbeda. Soalnya saya kalau bepergian pasti bersama keluarga. Enggak mungkin pergi sendirian. Hahaha. Dan tentunya kalau bekerja di pemerintahan, sekarang banyak sekali stakeholders-nya. Jadwalnya harus mengikuti orang lain. Itu adjustment yang paling besar, sih.
Sebagai ibu bekerja, apa saja tantangan yang Anda rasakan? Terlebih lagi menjadi seorang Wamenparekraf tentunya memiliki tantangannya sendiri.
Di awal cukup kaget, karena banyak sekali hal dadakan dan sebagainya. Lama-lama terbiasa juga, sih. Kebetulan anak-anak saya juga sibuk dengan kegiatan sekolahnya dan beraktivitas. Jadi, kita semua sama-sama sibuk di rumah.
Poinnya adalah bagaimana kita bisa memprioritaskan segala sesuatu. Kita pasti tahu mana yang paling prioritas. Selain itu, kita juga perlu selalu fokus pada kualitas. Jadi kalau bersama anak-anak, saya mengusahakan agar sebisa mungkin fokus dengan mereka. Ketika bekerja, sebisa mungkin fokus dengan pekerjaan, sehingga segala sesuatunya bisa lebih efisien, baik dalam hal pekerjaan maupun anak-anak juga bisa lebih bermakna.
Bagaimana Anda menghadapi tantangan tersebut?
Memang susah. Tapi kembali lagi, karena ini pilihan hidup, I think kita harus bisa menghadapi dan menerima karena itu faktanya. Jadi sebisa mungkin kita perlu mengaturnya. Jangan samakan keberhasilan seorang ibu dengan banyaknya waktu yang dihabiskan dengan anak.
Tapi menurut saya, keberhasilan itu adalah kualitas yang kita berikan kepada anak-anak. Dengan kesibukan saya, saya juga sudah memastikan bahwa anak-anak di rumah juga dengan kesibukannya. Jadi, bukan berarti saya biarkan saja. Dengan itu, saya keluar rumah pun dengan senang hati. Karena saya tahu bahwa mereka di rumah pun melakukan hal yang bermanfaat.
Masih ingatkah momen kelahiran Si Kecil? Bagaimana perasaan Anda saat akhirnya mendapati diri sebagai seorang ibu?
Sebetulnya, bagi saya itu adalah momentum yang changing my life. Kenapa? Karena anak saya yang pertama sempat masuk NICU for 2 weeks. Akhirnya ia pulih 100 persen, puji Tuhan. Tapi di momen itu saya sampai jauh berpikir, "Ya Tuhan, jangan sampai anak pergi lebih dulu daripada ibunya."
Di saat itu kita kerahkan semua yang kita miliki, of course. Tetapi ujungnya dokter juga bilang, "No, ini anaknya harus berusaha sendiri." Jadi at the end of the day, it's a life changing moment, kenapa? Karena kita bisa punya segala sesuatu, tapi ujungnya kita harus berserah kepada Tuhan. Dan akhirnya ketika ia pulih dan sekarang sudah besar, ia sekarang sudah luar biasa. Saya juga kemudian punya anak kedua, they're truly a gift from God yang memotivasi kita untuk menjadi lebih baik lagi. Menjadi seorang ibu, buat saya, karena mereka depend sama kita, akhirnya mendorong kita untuk menjadi orang yang ingin maju terus.
"Jangan samakan keberhasilan seorang ibu dengan banyaknya waktu yang dihabiskan dengan anak. Menurut saya, keberhasilan itu adalah kualitas yang kita berikan kepada anak-anak."
Jika dideskripsikan, seperti apa gaya parenting Anda? Apakah berbeda dengan suami?
Saya enggak tahu istilah-istilah gaya parenting ya, by the way. Hahaha. Tapi, yang pastinya kita di rumah itu do what we teach. Which is enggak gampang. Soalnya, kita melihat bahwa anak-anak belajar dari mencontoh. Jadi kita berusaha, kalau kita mengajar sesuatu, ya, kita harus berbuat hal itu.
Yang kedua, kita cukup balance, sih. Maksudnya, enggak strict banget. Kita mengajarkan mereka untuk terbuka, berdiskusi, dan beropini dari kecil. Tapi di saat yang bersamaan, kita mengajarkan bahwa ada hal-hal yang mereka harus kerjakan, tanggung jawab. Mereka harus bertanggung jawab dengan pekerjaan mereka, misalnya tentang kesehatan, mereka perlu olahraga dan sebagainya. Itu kita tanamkan dari dari kecil, supaya jadi habit.
Apa nilai-nilai kehidupan yang Anda tanamkan kepada anak-anak sedari dini?
Yang pasti, pertama bersandar kepada Tuhan. Kedua, punya prinsip. Saya melihat, jangan sampai anak-anak terombang-ambing oleh peer pressure dan sebagainya. I want them to have principles in their life. Yang ketiga. Saya ingin mereka punya self worth. Terutama dengan dunia digital yang semakin terbuka, mereka harus bisa menghargai diri sendiri dan orang lain tanpa membeda-bedakan.
Selain itu, kita juga coba ajarkan bahwa mereka diberkati untuk memberkati orang lain. Jadi, mengajarkan untuk terus berbagi, sebetulnya. Mulai dari berbagi mainan, setiap ulang tahun kita pasti ke panti asuhan, dan sebagainya. Yang paling penting, kita juga coba ajarkan terus untuk never give up. Karena kegagalan itu pasti ada dan kita enggak bisa menghindari itu.
Sering kali orang tua berusaha melindungi anaknya dari kegagalan. Tapi kita enggak selalu bisa melakukan itu. Namun kita harus ajarkan bahwa it's ok to fail, but don't give up dan bangkit lagi. Try again and be smart about it. Itu sih, 5 hal yang kita tanamkan.
Sebutkan 3 kata yang menggambarkan Anda sebagai seorang ibu!
Trusting, loving, insightful.
(Gabriela Agmassini/SW/Foto: Insan Obi/Digital Imaging: Bagus Ragamanyu Herlambang)