Usai melahirkan bukan berarti semuanya akan baik-baik saja. Buat sebagian ibu melahirkan, mereka mungkin saja mengalami masalah kesehatan yang muncul di sekitar organ reproduksi. Levelnya pun bisa bermacam-macam, mulai dari yang sekadar mengganggu penampilan, bikin merasa tidak nyaman, hingga sakit luar biasa.
Salah satu masalah yang mungkin dialami setelah melahirkan adalah hernia atau dalam istilah awamnya dikenal dengan sebutan turun peranakan. Gangguan ini umumnya sering dikeluhkan oleh wanita usai melahirkan secara normal. Mau tahu lebih jauh seputar masalah ini, Moms? Baca penjelasan lengkapnya berikut ini.
Turun peranakan atau hernia merupakan kondisi yang terjadi ketika rahim turun, bahkan ada yang hingga menonjol ke luar liang vagina. Dalam dunia kedokteran, kondisi ini disebut dengan istilah prolaps organ panggul (POP) atau kecacatan dasar panggul. Gangguan ini bisa sangat mengganggu penderitanya, sehingga harus segera diwaspadai sejak dini.
Normalnya, rahim berada tepat di atas vagina. Namun pada kasus hernia atau turun peranakan ini, rahim bisa turun, menyebabkan dinding vagina menonjol dan disertai oleh organ lainnya. Kondisi ini sering dialami oleh wanita yang telah melahirkan secara normal atau mereka yang sudah mengalami menopause.
Gejala turun peranakan
Meskipun kasus ini sering ditemukan, tidak banyak orang yang menyadarinya, karena gejalanya dianggap tidak mengganggu. Pada kasus yang ringan misalnya, ada rasa tidak nyaman karena dinding vagina terasa penuh.
Kemudian di tahapan selanjutnya, selain terasa penuh, mulai keluar darah dalam jumlah sangat sedikit meskipun organ belum keluar dari lubang vagina. Organ dalam mulai terasa keluar dari liang vagina di tahapan lanjut. Dan jika rahim turun, kandung kemih juga sering kali ikut turun. Gejala-gejala lain yang bisa dialami antara lain:
- Benjolan pada perut bagian bawah yang menandakan benjolan di vagina
- Vagina terasa berat saat berdiri dan terasa menggantung atau tertarik
- Rasa pegal pada punggung
- Sulit buang air kecil, namun juga bisa sulit mengontrol buang air kecil
- Infeksi saluran kemih yang berulang
- Kesulitan buang air besar
- Rasa tidak nyaman atau nyeri saat berhubungan intim.
Penyebab turun peranakan
Ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan seorang wanita menderita hernia atau turun peranakan ini, di antaranya:
1. Sering melahirkan. Wanita yang terlalu sering melahirkan berisiko mengalami gangguan ini, apalagi jika jarak melahirkannya berdekatan. Proses mengeluarkan bayi dari rahim melewati panggul bisa melemahkan otot dan sendi penyokong alat reproduksi.
2. Usia. Otot-otot biasanya akan melemah saat usia bertambah, termasuk otot organ reproduksi.
3. Obesitas. Wanita yang menderita obesitas berisiko melahirkan bayi yang besar. Akibatnya, beban dasar panggul pun jadi lebih berat.
4. Mengejan terlalu lama. Mengejan biasanya dilakukan secara refleks ketika kepala bayi sudah berada di dasar panggul. Karena menimbulkan tekanan pada otot organ reproduksi, mengejan mestinya dilakukan dengan hati-hati dan tidak berlangsung lama.
Mengatasi turun peranakan
Turun peranakan umumnya didiagnosis setelah menjalani berbagai macam pemeriksaan, baik USG, foto rontgen, hingga tes urodinamik. Untuk mengatasinya, umumnya dilakukan operasi pemasangan ikatan agar rahim tertarik ke atas atau yang lainnya. Namun, pada ibu hamil, mengatasi gangguan ini bisa dilakukan dengan pemasangan cincin untuk menahan bagian rahim yang turun.
Akan tetapi, yang terpenting, sebelum masalah ini terjadi, ada baiknya Anda mencegahnya, yaitu dengan melakukan gerakan senam Kegel saat hamil dan setelah melahirkan. Risiko ini juga bisa dikurangi dengan membatasi kelahiran tidak lebih dari tiga kali. Anda juga disarankan untuk menjaga berat badan ideal, banyak minum air putih, dan menghindari mengangkat beban berat. (M&B/SW/Foto: Katemangostar/Freepik)