Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Minum Susu Sebelum atau Setelah Minum Obat, Bolehkah?

Minum Susu Sebelum atau Setelah Minum Obat, Bolehkah?

Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa minum obat tidak boleh dibarengi atau dilanjutkan dengan minum susu. Konon, kebiasaan ini akan membuat khasiat dari obat tersebut hilang. Benarkah demikian?

Faktanya, susu memang bisa memengaruhi efek obat-obatan. Hanya saja, kondisi ini berlaku bagi sebagian jenis obat. Dilansir dari laman Siloam Hospitals, berikut ini beberapa jenis obat yang bisa terpengaruh efeknya oleh asupan susu.

1. Antibiotik

Antibiotik adalah golongan obat yang biasa digunakan untuk mengatasi serangan atau infeksi bakteri di dalam tubuh. Bagi beberapa jenis antibiotik, seperti cephalexin, cefradine, dan penicillin, daya kerjanya bisa dipengaruhi oleh susu. Efektivitas antibiotik tersebut bisa menurun jika seseorang mengonsuminya bersamaan dengan susu. Berdasarkan penelitian dalam The Journal of Antimicrobial Chemotherapy, penyerapan obat antibiotik jenis cephalexin, cefradine, dan penicillin dapat menurun hingga lebih dari 40% jika dikonsumsi bersamaan dengan susu.

Baca juga: 6 Penyebab Anak Muntah setelah Minum Susu Formula

2. Antiviral

Dolutegravir (antiviral untuk menangani HIV/AIDS) juga bisa berinteraksi dengan kalsium yang terkandung di dalam susu. Hal ini bisa mengurangi kadar dolutegravir di dalam darah sehingga turut berdampak pada efektivitas obat tersebut. Karena itu, dianjurkan untuk menggunakan dolutegravir 2 jam sebelum atau 6 jam setelah mengonsumsi makanan maupun minuman kaya kalsium, termasuk susu.

3. Obat hipotiroid

Penelitian yang berjudul Concurrent Milk Ingestion Decreases Absorption of Levothyroxine menjelaskan bahwa konsumsi susu bersamaan dengan levothyroxine (obat untuk menangani hipotiroid) bisa menurunkan kadar senyawa aktif dalam obat tersebut di dalam darah.

Hal ini disebabkan kalsium dalam susu bisa memengaruhi tingkat keasaman lambung yang dapat menghambat proses penyerapan obat hipotiroid di dalam saluran pencernaan. Karena itu, Food and Drug Administration (FDA) menyarankan untuk menggunakan levothyroxine setidaknya 4 jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman tinggi kalsium, seperti susu.

4. Suplemen zat besi

Suplemen zat besi merupakan suplemen yang digunakan untuk membantu meningkatkan produksi sel darah merah di dalam tubuh. Secara umum, suplemen ini disarankan untuk dikonsumsi saat perut dalam keadaan kosong karena dapat memudahkan penyerapan zat besi tersebut dalam saluran pencernaan. Namun, terkadang suplemen zat besi dapat menimbulkan efek samping yang tidak nyaman, seperti sakit perut.

Inilah alasan seseorang disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi dengan sedikit makanan atau minuman. Anda juga perlu memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi bersamaan dengan suplemen tersebut bukan yang tinggi kalsium, seperti susu. Pasalnya, senyawa kalsium bisa berinteraksi dengan suplemen zat besi yang bisa mengganggu efektivitasnya.

5. Obat untuk osteoporosis

Osteoporosis adalah kondisi medis ketika berkurangnya kepadatan tulang yang membuat tulang cenderung keropos dan mudah patah atau retak. Untuk memperkuat tulang dan menangani osteoporosis, penderitanya dapat diresepkan beberapa jenis obat-obatan, misalnya risedronate, alendronate, dan ibandronate.

Hanya saja, jenis obat-obatan tersebut tidak disarankan untuk dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau minuman kaya kalsium, seperti susu, meskipun kalsium sendiri juga bisa membantu memperkuat tulang. Pasalnya, kalsium bisa berinteraksi dengan obat-obatan tersebut yang menyebabkan penyerapan obat jadi tidak efektif.

6. Lithium

Lithium adalah jenis obat yang bekerja untuk menstabilkan suasana hati, sehingga kerap digunakan untuk menangani berbagai gangguan kesehatan mental, seperti gangguan bipolar, depresi, atau skizofrenia. Namun, penggunaan lithium dalam jangka panjang diketahui bisa menyebabkan peningkatan kalsium di dalam darah (hiperkalsemia).

Karena itu, penting untuk tidak minum susu setelah minum obat lithium guna menghindari risiko terjadinya hiperkalsemia. Sebab, hal tersebut bisa memicu terjadinya berbagai masalah kesehatan, seperti batu ginjal, penipisan tulang, serta gangguan pada kerja jantung serta otak.

7. Obat antihipertensi

Konsumsi obat antihipertensi thiazide bersamaan dengan susu juga bisa memicu terjadinya milk-alkali syndrome, yaitu kondisi ketika pH darah terlalu basa (alkalosis metabolik) dan ditandai dengan tingginya kadar kalsium di dalam darah (hiperkalsemia), serta gagal ginjal akut.

Bisa minum susu, asalkan...

Imbauan untuk tidak minum susu sebelum atau setelah makan obat tak berlaku untuk semua jenis obat. Untuk sebagian obat, susu justru bisa membantu mengurangi efek samping. Salah satu contohnya adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin yang kadang disarankan diminum bersama susu untuk melindungi lambung dari iritasi.

Itulah penjelasan mengenai boleh tidaknya minum susu sebelum atau setelah minum obat. Meskipun susu memiliki manfaat buat kesehatan, penting untuk memahami waktu yang tepat untuk mengonsumsinya agar tidak mengganggu penyerapan obat. Diskusikan dengan dokter untuk memastikan pengobatan berjalan optimal dan bebas dari interaksi yang merugikan. Dengan mengikuti panduan yang tepat, Anda tidak hanya menjaga efektivitas obat tetapi juga mendukung pemulihan yang optimal. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)