Saat ini, defisiensi asupan vitamin D atau masalah kekurangan vitamin D sedang menjadi sorotan dunia, karena kasusnya yang meningkat. Kasus internasional ini menunjukkan bahwa vitamin D sebagai salah satu zat gizi yang memengaruhi kualitas pertumbuhan anak-anak.
Dr. Martine Alles, Director Development Physiology and Nutrition di Danone Nutricia Early Life Nutrition Netherland melaporkan, pada abad 19 terjadi insiden penyakit riketsia, yaitu pertumbuhan tulang dalam bentuk abnormal yang melanda Eropa dan Amerika Serikat, khususnya di daerah perkotaan. Penyakit ini disebabkan oleh kurang terpaparnya anak-anak pada sinar matahari. Untuk menanganinya, para ahli kesehatan menyarankan metode pengobatan dengan menggunakan minyak ikan pada abad 20 dan penetapan Vitamin D sebagai fortifikasi mentega sejak 1961.
“Meningkatnya penyakit riketsia ternyata mengungkap manfaat lain dari vitamin D. Selain memperbaiki pertumbuhan tulang, vitamin D juga berpengaruh terhadap imunitas adaptif atau perlindungan terhadap tubuh jangka panjang,” tambah Dr. Martine Alles dalam seminar media Sarihusada, Jumat (20/03) lalu.
Asupan rendah vitamin D, kekurangan vitamin D, dan ketidakcukupan vitamin D tidak hanya terjadi pada anak-anak di Eropa, tetapi juga di Asia. Indonesia termasuk negara yang menunjukkan prevalensi kekurangan Vitamin D pada anak yang cukup tinggi. Studi SEANUT Indonesia pada 2013 menunjukkan prevalensi kekurangan Vitamin D pada anak-anak Indonesia antara usia 2 - 4 tahun adalah sebesar 42,8 persen di desa dan 34,9 persen di kota. (Aulia/DT/dok.M&B)
BACA JUGA: Kurang Vitamin D Tingkatkan Risiko Diabetes