Erick, 3, tampak lemas. Wajahnya juga pucat. Secara sekilas, tidak ada yang menduga balita ini mengalami thalasemia. Pada anak yang mengalami penyakit ini, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya pembengkakan pada hati dan limfa sehingga perutnya membesar.
Thalasemia merupakan kelainan bawaan pada sel darah merah. Jadi kekurangan protein pembentuk sel darah merah tidak normal. Penyakit yang umumnya diturunkan dari orangtuanya ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah merah, sehingga terjadi anemia akut. Bahkan, diperlukan transfusi darah seumur hidupnya.
Kepala Divisi Hemato-Onkologi Anak Rs Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Pustika Amalia, SpA(K) menjelaskan, beberapa gejala yang timbul pada anak dengan thalasemia adalah lemas, rewel, wajah terlihat pucat, pembengkakan pada hati dan limfa sehingga perut membesar.
Dalam tubuh anak yang mengalami thalasemia akan mengalami kelebihan zat besi. Hal ini terjadi karena hasil transfusi darah mengandung banyak zat besi. Alhasil, anak thalasemia memerlukan obat yang harus dikonsumsi agar zat besi dalam tubuhnya seimbang.
Selain itu, Si Kecil juga perlu pemeriksaan rutin kadar zat besi setiap 3 bulan sekali. Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah kadar zat besi dalam tubuhnya aman ataupun tidak.
“Kelebihan zat besi itu sudah pasti dialami anak dengan thalasemia. Maka diperlukan obat untuk mengeluarkan zat besi itu dalam tubuhnya agar jumlahnya aman. Karena itu pula diperlukan pemeriksaan kadar besi setiap 3 bulan sekali,” ujar Dr. dr. Pustika.
Nah, bila Si Kecil mengalami kelebihan zat besi dalam tubuhnya, maka akan timbul gagal jantung, merusak sel-sel otak termasuk kelenjar pembuat hormon sehingga mengalami keterlambatan pubertas. Misalnya, payudara tidak tumbuh, bulu ketiak tidak tumbuh, dan bulu kemaluan juga tidak tumbuh. (Seva/HH/Dok. freepik)
Baca Juga: