Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Kenali Celebral Palsy Sejak Dini

Kenali Celebral Palsy Sejak Dini
celebral palsy

Pernahkah Anda mendengar tentang celebral palsy? Celebral palsy (CP) merupakan suatu kondisi terganggunya fungsi otak dan jaringan saraf yang mengendalikan gerakan, kemampuan belajar, pendengaran, penglihatan, serta kemampuan berpikir. CP dapat memengaruhi gerakan, postur, keseimbangan, dan koordinasi tubuh. Menurut dr. Aryadi Kurniawan, Sp,OT (K), kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan tarikan otot.

 

Itu sebabnya, para penyandang CP umumnya memiliki kesulitan dalam bergerak, ditandai dengan buruknya pengendalian otot, rasa kaku, kelumpuhan, bahkan gangguan fungsi saraf. Dilansir dari Web MD, sekitar 35% - 50% anak penyandang CP akan memiliki gangguan kejang yang menyertainya dan beberapa tingkat keterbelakangan mental. Mereka juga mungkin mengalami kecacatn dan gangguan penglihatan, kemampuan berbicara, pendengaran, atau masalah bahasa. Beberapa di antara mereka juga mengalami kesulitan dalam memelajari suatu kegiatan.

 

Beberapa teori mengatakan, faktor umum yang menyebabkan terjadinya CP adalah infeksi virus saat dalam kandungan, cedera saat lahir, dan pengaruh suplai oksigen ke otak sebelum, selama, dan setelah kelahiran. Selain itu, bayi prematur juga sangat rentan terkena CP, karena fungsi otaknya juga belum matang. Kondisi ini juga bisa disebabkanoleh paparan infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti herpes, saat, sebelum, dan sesudah persalinan.

 

Gejala CP biasanya mulai tampak ketika bayi tidak menunjukkan perkembangan sederhananya, seperti mengangkat kepala, berguling, menggenggam benda, atau mulai belajar duduk. Kadar ketidakmampuan ini beragam, tergantung dari seberapa besar bagian otak yang berpengaruh. Ada yang hanya sedikit timpang ketika berjalan, ada pula yang hanya bisa menggerakkan bola matanya. Gejala ini sudah bisa diketahui saat bayi berusia 3-6 bulan, yakni saat bayi mengalami keterlambatan perkembangan.

 

Selain perkembangan motorik yang terlambat, gejala lain seperti otot kaku, refleks berlebihan,  lebih menyukai satu sisi tubuhnya, seperti menyeret kakinya saat merangkak, dan kesulitan menelan, juga merupakan gejala dari cerebral palsy.

 

Dokter Arya mengatakan, untuk mengatasi hal ini diperlukan beberapa terapi, khususnya fisioterapi. Namun, pada beberapa kasus, fisioterapi masih belum cukup untuk mengatasinya. “Biasanya pada satu titik, di mana fisioterapi saja tidak cukup, sasih dibutuhkan terapi-terapi yang lain, seperti botox, atau jika kondisi sudah parah atau penyandang sudah akil baligh, jalan terakhir adalah dengan operasi,” ungkapnya.

 

Dokter Arya juga menambahkan, CP memang tidak bisa sembuh, tapi kualitas kehidupan para penyandangnya bisa meningkat jika didukung oleh orang terdekatnya dan banyak pihak. (Aulia/OCH/doc.M&B)