BUMP TO BIRTH

5 Posisi Alternatif saat Jalani Proses Melahirkan



Tidak ada posisi bersalin yang lebih baik atau paling baik antara satu dengan yang lain. Sebab, posisi yang dirasakan paling nyaman oleh ibu adalah yang terbaik. Dan posisi ini bisa saja berubah, sehingga proses persalinan menjadi lebih cepat.

Posisi yang paling umum digunakan saat bersalin adalah posisi setengah duduk (semi-sitting). Ibu berbaring dengan posisi setengah duduk, paha dibuka, dan kaki diletakkan di masing-masing sisi. Tubuh bertumpu pada tulang ekor dan membentuk huruf ‘C’, sehingga sisi ini sering disebut sebagaiC-position.

Namun perlu Anda ketahui, ahli mengungkapkan bahwa ternyata posisi ini tidaklah efektif dan cukup sulit, karena membentuk jalan lahir menyerupai huruf ‘J’. Ibu harus melahirkan dengan posisi melawan gravitasi dan berusaha keras untuk mendorong bayi mengarah ke atas.

Selain itu, posisi litotomi juga tidak direkomendasikan para ahli untuk dilakukan saat proses bersalin. Sebab, posisi berbaring ini membuat ibu kesulitan mengejan. Padahal ada beberapa posisi alternatif yang bisa Anda lakukan saat hendak melahirkan, seperti penjelasanMother&Baby Indonesia berikut ini:

Hands & Knees Position

Posisi bertumpu pada telapak tangan dan lutut kaki. Posisi ini baik dilakukan pada kasus persalinan dengan bayi-bayi besar dan posterior (posisi bayi wajahnya menghadap ke atas). Selain itu, posisi bertumpu pada lutut dan telapak tangan juga dapat mengurangi nyeri punggung pada ibu.

Posisi Jongkok (Squatting Position)

Posisi alami melahirkan adalah dalam keadaan jongkok. Posisi ini memungkinkan rongga panggul membuka lebar sekitar 25 persen kapasitas panggul biasa. Jika ibu mengejan sesuai arah sumbu bayi, persalinan akan lebih mudah dan relatif lebih cepat.

Namun posisi ini memiliki kekurangan, yaitu menyulitkan pertolongan dan observasi dari dokter atau bidan. Selain itu, robekan jalan lahir bisa tidak beraturan karena proses persalinan yang terlampau cepat.

Posisisquatting biasanya dimanfaatkan untuk membantu kepala bayi turun. Misalnya, pada kasus pembukaan 2, posisi kepala masih tinggi. Namun ketika kepala bayi sudah mulai keluar, penolong persalinan akan cepat mengubah posisi kesemi sitting untuk mengurangi risiko robekan yang lebar.

Posisi Berdiri (Upright/Standing Position)

Posisi berdiri adalah posisi yang bisa dilakukan saat melahirkan. Caranya bisa dengan berdiri dan mengangkat 1 kaki di atas kursi, berdiri dengan kaki sedikit terbuka dan penolong berada di belakang menekan perut.

Posisi ini biasanya dilakukan pada fase pertama sebelum melahirkan untuk membantu kontraksi dan mengurangi nyeri. Pada tahap awal persalinan yang kurang lancar, dokter akan menyarankan pasien melakukan posisi berdiri karena memungkinkan daya mengejan terjadi searah gravitasi.

Hal tersebut dapat membuat dorongan yang efektif. Setelah bayi masuk ke jalan lahir, penolong persalinan akan mempersiapkan dan mengubah posisi melahirkan yang lebih aman untuk bayi keluar.

Posisi Duduk (Sitting Position)

Posisi ini menggabungkan antara gravitasi dan relaksasi. Anda dapat memanfaatkan bola, toilet, atau tempat duduk yang menyerupai toilet saat menggunakan posisi ini. Saat melakukan posisi duduk, gravitasi akan membantu bayi turun sesuai sumbunya.

Saat mengejan, bantuan gravitasi membantu proses turunnya bayi ke jalan lahir. Ditambah arah yang sesuai sumbu bayi, efektif membuatnya meluncur keluar lebih cepat. Namun Anda perlu hari-hati saat bersalin dengan posisi ini dan tenaga kesehatan harus sigap menangkap saat bayi lahir.

Posisi Miring atau Lateral (Side-Lying Position)

Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki di angkat, sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.

Kelebihannya adalah selain peredaran darah lebih lancar, pengiriman oksigen dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu, sehingga proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan dan persalinan pun berlangsung lebih nyaman.(M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)