FAMILY & LIFESTYLE

Jauhkan Asap Rokok dari Anak-anak (1)



"Smoking Kills!" Agaknya tak berlebihan jika rokok dianggap sebagai 'pembunuh kehidupan', apalagi jika kita tahu bahwa perokok pasif memiliki dampak yang lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif. Fakta menyebutkan, anak-anak dari tiap keluarga yang memiliki orangtua perokok aktif umumnya menjadi korban dampak buruk dari kebiasaan merokok tersebut. Data Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, terdapat 121 juta keluarga Indonesia menjadi keluarga perokok. Asumsinya, jika dalam 1 keluarga terdapat seorang bayi dan balita, artinya ada 121 juta anak Indonesia yang menjadi perokok pasif.

Sebagai perokok pasif, anak-anak tentu lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Selain itu, berbagai kelainan juga dapat mengintai mereka mengingat daya tahan dan organ-organ tubuhnya yang masih dalam masa pertumbuhan.
Melihat fakta tersebut, Project Jernih, sebuah komunitas dari berbagai latar belakang, berinisiatif melakukan sebuah kampanye peduli anak yang rentan menjadi perokok pasif, juga masa depan mereka yang dirusak oleh asap rokok.

“Lewat kampanye ini, kami berharap anak-anak terlindung dari dampak buruk asap rokok, baik dengan meningkatkan kesadaran para perokok aktif, serta kesadaran orang yang bukan perokok agar terhindar menjadi perokok pasif," ungkap Bernaldi Pamuntjak, salah satu inisiator Projecy Jernih yang ditemui di Jakarta pada Kamis (07/11) lalu.

Peluncuran kampanye diawali dengan pemutaran film-film pendek yang diunggah ke akun Youtube, serta testimonial dari sejumlah publik figur dan masyarakat, termasuk para ahli dari kalangan dokter maupun psikolog. Mereka memberikan kesaksian seputar permasalahan etika merokok di keluarga. Kampanye Project Jernih ini juga akan melakukan beberapa kegiatan, seperti edukasi yang akan mensosialisasikan gagasan dari gerakan dan membagikan pin kampanye. Aksi tersebut akan dilakukan di area Car-Free Day Jakarta pada 10 November 2013 nanti.

Melalui kampanye ini, para orangtua diharapkan sadar untuk tidak merokok di dekat anak-anak serta rela mematikan rokoknya atau menjauhi anak-anak dari asap rokok. “Sebenarnya merokok itu tidak ada untungnya, tapi image yang menempel pada orang-orang merokok itu yang ditiru. Karenanya, dengan cara menjauhkan anak dari perokok, kita sudah mengurangi nilai-nilai emosional yang menempel dengan aktivitas merokok,” ungkap Bernaldi.

Namun, Bernaldi juga menegaskan bahwa kampanye ini bukan berarti ajang memusuhi para perokok. “Merokok memang pilihan para orang dewasa. Tapi, kami hanya menyampaikan pesan bahwa orang yang tidak merokok pun berhak menikmati udara tanpa asap rokok. Dalam peraturan juga dengan jelas dicantumkan bahwa tidak boleh merokok di ruang publik. Namun, masih banyak perokok yang masih saja merokok tanpa menghiraukan aturan. Nah, kesadaran itulah yang kami coba bangun. “Intinya, anak bukan asbak. Jauhkanlah anak dari asap rokok. Merokok bagi orang dewasa itu pilihan, tapi menjauhkan asap rokok dari anak-anak itu suatu keharusan,” tutupnya. (Aulia/DMO/Dok. M&B)