Sejatinya, ibu punya peranan lebih besar dalam mengasuh Si Kecil karena lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Lantas bagaimana jika peran tersebut diambil alih oleh ayah?
Bapak rumah tangga atau stay home dads, mungkin bukan istilah yang lazim bagi masyarakat Indonesia. Secara umum, tugas utama suami adalah bekerja dan memberi nafkah bagi istri dan anak-anaknya.
Namun ada kondisi tertentu yang membuat suami harus menyandang status sebagai 'bapak rumah tangga', misalnya terkena pemutusan hubungan kerja sehingga ia tinggal di rumah dan mengurus anak, sedangkan Moms bekerja. Mungkin juga, suami berprofesi sebagai penulis atau seniman, yang memungkinkan ia bekerja di/dari rumah.
Asal Peran Ayah dan Ibu
Psikolog, Dr. Rose Mini AP, M. Psi menyebutkan bahwa peran ayah dan ibu sesungguhnya diciptakan oleh lingkungan masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan mengapa negara-negara Timur dan Barat memiliki pandangan yang berbeda mengenai laki-laki yang menjadi bapak rumah tangga.
Negara Timur masih menganggap sebelah mata seorang bapak rumah tangga. Sementara itu, profesi ini sudah menjadi hal wajar di dunia Barat.
"Jika karena sesuatu hal tugas serta fungsi ayah dan ibu terbalik, semua itu tidak menjadi masalah asalkan ada kesepakatan di antara keduanya," ujar Dr. Rose Mini AP, M. Psi.
Anak perlu diberikan pengertian mengenai peran orang tua yang berbeda dari peran umum itu agar tidak bingung. Oleh karena itu, kesepakatan dan kekompakan antara Moms dan suami sangat penting, terutama untuk menghadapi tekanan dari masyarakat yang mungkin berpandangan negatif.
Tetap Asyik, Kok
Mengurus anak dan rumah tangga merupakan pekerjaan yang menantang dan penting. Pengasuhan anak memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik, mental, dan emosi seorang anak.
Orang tua tahu betul, anak yang cerdas, sehat, dan bermoral baik merupakan pencapaian yang tak ternilai harganya.
"Prestasi seseorang tidak hanya diukur dari besarnya pendapatan dan jabatan. Akan tetapi ada prestasi yang hasilnya lebih dari sekadar materi, yaitu keharmonisan keluarga dan keberhasilan mendidik anak dengan baik," jelas Dr. Rose Mini AP, M. Psi.
Mengurus rumah tangga, bukan berarti suami akan menjadi kuper alias kurang pergaulan, dan terkungkung. Suami masa kini bisa menggunakan fasilitas teknologi seperti internet untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
Bahkan apabila suami ingin mendapatkan penghasilan dengan tetap bekerja di rumah, ia bisa memulai usaha online, menjadi penulis lepas, dan berbagai profesi lainnya yang memungkinkan untuk dikerjakan di rumah.
Di sisi lain, kehadiran Dads di rumah bukan berarti ada pergeseran peran. Saat di rumah selepas kerja atau pada akhir pekan, Moms tetap harus menjalankan tugas mengurus anak dan keperluan rumah tangga. Dengan kata lain, baik suami dan istri tetap harus menjalankan tanggung jawabnya.
Saat ayah dan ibu berbagi peran mengasuh di rumah, perkembangan mental anak akan lebih seimbang. Ia akan memiliki hubungan yang sama dekat dengan ayah maupun ibunya.
Si Kecil juga tak hanya bergantung kepada ibu jika menemui kesulitan. Dia akan menyadari, ayah bisa menjadi tempatnya mengadu dan berbagi cerita.
Risiko Ayah di Rumah
Namun hidup di negara yang garis patriarkinya sangat kuat, para suami menjalankan peran sebagai bapak rumah tangga harus menghadapi beberapa risiko, salah satunya adalah dikucilkan dari lingkungan masyarakat. Tak sedikit yang menilai bahwa ayah yang berada di rumah sedangkan sang ibu bekerja, artinya menentang kodrat atau ajaran agama.
Selain itu, ayah yang berada di rumah juga kerap dipandang sebelah mata. Tidak jarang ia dianggap tak becus mengurus keluarganya.
Meski bapak rumah tangga bukan hal aneh, tapi ada baiknya Moms and Dads juga bersiap menghadapi tekanan masyarakat. Namun perlu diingat, kebahagiaan keluarga ada di tangan ayah dan ibu, bukan orang lain. Selama nyaman bagi orang tua dan anak, kehadiran 'bapak rumah tangga' bukan masalah. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)