Peribahasa mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Itu artinya bahwa sifat anak tidak jauh berbeda dari kedua orang tuanya. Anda pasti setuju dengan pendapat ini, kan?
Nah, ternyata, tidak hanya sifat-sifat Moms saja yang bisa diturunkan pada anak. Kondisi kehamilan Anda rupanya juga bisa menurun. Beberapa kondisi yang Anda rasakan selama hamil kemungkinan besar diturunkan dari ibu Anda, Moms.
Karena itu, penting buat Moms mengenali riwayat kehamilan di keluarga Anda sehingga Anda bisa melakukan upaya pencegahan dan meminimalisasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada Anda.
Tapi, apa saja sih, kondisi kehamilan yang bisa menurun dari ibu ke anaknya? Berikut ini penjelasannya.
1. Diabetes Gestasional
Semua wanita hamil berisiko tinggi terhadap diabetes gestational jika keluarganya memiliki riwayat penyakit diabetes gestational atau diabetes jenis lainnya. Penyakit ini juga bisa membahayakan nyawa Anda serta janin selama masa kehamilan.
Diabetes gestasional dimulai ketika tubuh ibu hamil tidak mampu membuat dan menggunakan seluruh insulin yang ia butuhkan saat hamil. Bila tidak ditangani dengan baik, diabetes gestational bisa membahayakan janin, Moms. Ini karena glukosa ekstra yang ada di dalam darah bumil akan masuk ke janin melalui plasenta dan memberikan kadar glukosa yang tinggi pada janin.
Karena janin mendapat lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan, ekstra energi ini kemudian disimpan sebagai lemak. Hal ini menyebabkan janin menjadi gemuk atau disebut sebagai makrosomia. Menurut American Diabetes Association, kondisi ini akan membuat bayi menghadapi banyak masalah kesehatan, seperti obesitas saat memasuki masa kanak-kanak dan diabetes tipe 2 ketika dewasa nanti.
2. Stres
Penelitian yang dilakukan Universitas California, San Fransisco, AS, menemukan fakta bahwa ibu yang stres saat hamil dapat melahirkan anak yang mudah stres juga. Hal ini terjadi ketika ibu mengalami tekanan pada trimester kedua masa kehamilan. Akibatnya, Si Kecil menjadi sering rewel dan sulit ditenangkan, Moms.
Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat stres tinggi membuat bayinya lebih reaktif terhadap stres dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menenangkannya. Rasa stres ini berpengaruh pada jantung mereka, risiko akan rasa depresi, dan masalah perilaku akan lebih tinggi dibandingkan anak lainnya.
3. Keguguran
Sebagian besar kasus keguguran terjadi pada trimester pertama, dan menurut American Pregnancy Association, 10-25 persen dari kehamilan berakhir dengan keguguran. Keguguran bisa bersifat genetik, namun bisa juga tidak.
Secara teori, seorang perempuan berpeluang besar mengalami keguguran berulang jika ibunya pernah mengalami hal yang sama dulunya. Meskipun begitu, ini bukan berarti bahwa risiko keguguran menjadi lebih tinggi hanya karena ibu Anda memiliki riwayat keguguran.
Pasalnya, peneliti telah menemukan kemungkinan penyebab terjadinya keguguran berulang. Dan dari semua penyebab yang diketahui, keguguran bukan sesuatu yang diturunkan dalam keluarga. Tetapi, beberapa penelitian juga menemukan bahwa keguguran berulang kadang dapat terjadi turun-temurun di satu keluarga tanpa penyebab yang jelas.
Jadi, kendati ibu Anda pernah mengalami keguguran hingga beberapa kali, Anda belum pasti akan mengalami hal yang sama. Walaupun demikian, tidak ada salahnya ketika Moms berkonsultasi dengan dokter, Anda juga menceritakan riwayat keluarga yang sering mengalami keguguran.
4. Morning Sickness
Jika ibu atau keluarga perempuan mengalami morning sickness ketika hamil, anak perempuannya mungkin juga akan mengalami morning sickness kelak ketika hamil. Penelitian telah menemukan hubungan genetik yang kuat terhadap sensasi mual dan muntah di awal kehamilan, terutama yang parah.
Namun, bukan berarti saat Anda hamil, Anda hanya akan pasrah dengan kondisi mual dan muntah ini, Moms. Morning sickness dapat diminimalisasi dengan selalu menjaga dan memilih makanan yang Anda konsumsi serta berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi masalah ini.
5. Berat Lahir Bayi
Indeks massa tubuh orang tua berpengaruh besar terhadap berat bayi saat ia dilahirkan nantinya. Artinya, orang tua yang kelebihan berat badan akan memiliki bayi dengan berat lahir yang besar, dan sebaliknya.
Idealnya, berat badan seorang bayi yang lahir cukup bulan berkisar antara 2,5-4 kg. Namun, angka ini juga bisa bervariasi karena dipengaruhi oleh genetik dan ras orang tua serta berat dan tinggi badan ibu sebelum hamil.
Meskipun begitu, ada juga faktor umum yang akan memengaruhi berat lahir bayi, contohnya asupan makanan selama kehamilan, infeksi dalam kandungan, merokok atau mengonsumsi obat-obatan terlarang, serta masalah hipertensi atau eklampsia pada ibu hamil. (M&B/SW/Dok. Freepik)