BUMP TO BIRTH

Bagaimana Mengatasi Kondisi saat Ketuban Pecah Dini?



Masa kehamilan memang tak bisa luput dari kondisi yang bisa mengganggu tumbuh kembang janin. Bisa saja terjadi masalah pada rahim hingga ketuban yang mengganggu proses kehamilan, meski Moms sudah berusaha untuk menjaganya agar tetap lancar dan aman.

Salah satu masalah tersebut adalah ketuban pecah dini, di mana kantung ketuban yang berisi janin dan air ketuban ini 'robek' sebelum waktu persalinan tiba. Penanganan kondisi ini pun akan berbeda, sesuai dengan usia kandungan bumil agar dapat menyelamatkan janin.

Penyebab Umum

Ketuban yang pecah terlalu dini bisa disebabkan oleh beberapa kondisi yang dialami ibu hamil, seperti keputihan dan infeksi saluran kemih (ISK). Pada penyebab ISK, walau Moms tidak merasakan gejala apa pun, terdapat bakteri ketika dilakukan pemeriksaan pada urine Anda

Selain itu, riwayat ibu pernah mengalami ketuban pecah dini, menjalani kelahiran prematur, atau mulut rahim yang pendek bisa menjadi penyebab lain. Kondisi polihidramnion atau kelebihan jumlah air ketuban pun bisa membuat kantung ketuban pecah sebelum waktunya.

Ciri-ciri Ketuban Pecah Dini

Kondisi yang juga disebut premature rupture of membranes (PROM) ini pun bisa terjadi pada siapa saja, baik yang memiliki satu janin atau janin yang kembar. Agar lebih waspada, perhatikan ciri-ciri kantung ketuban pecah dini sebagai berikut:

• Cairan merembes keluar dari vagina yang keluar begitu saja tanpa dorongan. Jumlah cairan yang keluar bisa sedikit, namun bisa juga banyak.

• Cairan yang keluar ini terasa hangat, seperti saat sedang berkemih.

• Cairan juga bisa hanya menetes dan tak jarang diabaikan saja, karena tidak terasa.

• Cairan yang keluar berwarna hijau kecokelatan.

• Cairan yang mengalir mengandung darah, sehingga harus langsung dibawa ke rumah sakit.

• Cairan tampak berkurang saat USG, di bawah 400-1.200 ml.

• Cairan yang keluar tidak berbau.

Perlu Penanganan Medis


Jika terjadi ketuban pecah dini, ibu hamil harus segera mendapatkan penanganan secara medis. Sebab, tindakan yang kurang tepat malah akan membahayakan keselamatan Moms dan janin. Usia kehamilan pun menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan tindakan yang bisa dilakukan.

Hal ini dijelaskan oleh dr. Noviyani Sugiarto, SpOG - Dokter Spesialis Kandungan Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta. Apabila ketuban pecah dini tapi belum ada kontraksi, maka perlu dilihat kondisi dari janinnya. Jika belum cukup bulan, maka janin akan dimatangkan dahulu paru-parunya sambil ibu diberi obat-obatan seperti antibiotik.

"Jika (usia kehamilan) sudah cukup bulan atau di atas 37 minggu, maka akan dilakukan perangsangan untuk bayi bisa dilahirkan. Rangsangan ini diberikan dengan obat melalui infus atau diberikan melalui vagina. Namun, apabila ada kondisi tertentu seperti denyut jantung bayi yang bermasalah, maka akan dipertimbangkan tindakan lain yang lebih aman untuk bayi dan ibunya," ucap dr. Noviyani dalam Instagram Live bersama Mother&Baby, Kamis (30/7) lalu.

Sebenarnya memang tidak ada cara khusus untuk mencegah terjadinya kondisi ini. Namun, Moms harus teratur melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan dan bisa menghindari merokok atau asap rokok sebagai langkah untuk meminimalisir ketuban pecah dini. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)