TODDLER

Metode Positif Disiplin, Mendidik Anak Tanpa Kekerasan



Kedisiplinan menjadi satu nilai yang perlu dibentuk dalam diri anak sejak dini. Dengan mengajarkan anak disiplin sejak dini, maka diharapkan anak bisa taat dan patuh pada tanggung jawab tanpa adanya paksaan hingga ia dewasa nanti.

Sayangnya, proses mengajarkan kedisiplinan umumnya dikaitkan dengan memberikan hukuman sebagai ancaman agar anak menjadi patuh. Padahal, ada metode positif disiplin yang bisa diterapkan untuk membuat anak menjadi patuh tanpa rasa takut dihukum atau berharap dipuji.

Makna Positif Disiplin

Positif disiplin merupakan metode dalam mengajarkan anak untuk memahami konsekuensi yang akan diterima dari perilaku mereka. Selain bertanggung jawab, Si Kecil juga bisa paham makna menghormati saat berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

Metode ini tidak berfokus pada hukuman atau tindakan kekerasan jika anak melakukan kesalahan. Orang tua lebih mengutamakan komunikasi yang efektif, sehingga sejak dini Si Kecil dapat mengerti hal baik dan buruk bagi dirinya sendiri tanpa merasa takut atau terancam.

Selain itu, positif disiplin juga membutuhkan kesepakatan dari orang-orang yang terlibat langsung dalam mengasuh Si Kecil. Konsistensi dan pengendalian emosi yang baik dari orang tua, pengasuh, serta kakek-nenek yang merawatnya pun sangat dibutuhkan.

Bukan Sekadar Pujian

Tak hanya mengurangi hingga meniadakan hukuman, metode ini juga mengutamakan dukungan dibandingkan pujian. Ketika Si Kecil melakukan sesuatu, katakan bahwa ia sudah melakukan "yang terbaik" dan bukan "sudah sempurna'.

Meski sederhana, hal ini akan membuat anak mampu mengevaluasi diri dan mengubahnya demi diri sendiri, bukan orang lain. Jadi, ia tahu apa yang ia rasakan, pikirkan, dan hal yang ingin dipelajari demi mengembangkan kemampuan dalam dirinya secara alami.

Langkah Menerapkan Positif Disiplin


Penting untuk diketahui orang tua bahwa metode positif disiplin ini bukan berarti membebaskan anak melakukan apa pun yang ia mau. Aturan tetap perlu dibuat dalam keluarga, namun dikomunikasikan dengan jelas pada anak, sambil memintanya berpendapat untuk menyesuaikan aturan tersebut. Penerapannya pun bisa dilakukan dengan langkah yang dijelaskan Jane Nelson dalam buku Positive Discipline berikut ini:

• Sebagai langkah awal, Moms perlu mengubah persepsi bahwa label nakal berarti anak memiliki pemikiran yang kurang sesuai terhadap bagaimana cara untuk mencapai tujuan mereka.

• Dengan pemikiran tersebut, maka Anda bisa lebih membuka diri untuk menghabiskan waktu bersama dengan Si Kecil, sehingga ia merasa dianggap atau dibutuhkan.

• Ajak Si Kecil berbincang, terutama di waktu santai, seperti menjelang tidur malam. Ceritakan momen seru dan sedih yang Moms serta Si Kecil alami tanpa memberikan komentar yang mengkritik atau menyudutkan.

• Ubah penggunaan kalimat saat berbicara dengan lebih positif. Misalnya seringlah pakai kata "Tolong pindah tempat duduk" dibandingkan dengan "Jangan duduk disitu!"

• Penerapan time out boleh dilakukan, namun dengan membolehkan anak menggenggam satu benda yang mampu menenangkannya. Setelah itu, ajak Si Kecil untuk berdiskusi mengenai kondisi perasaannya.

• Jelaskan arti 3R - recognize your mistake, reconcile (be willing to say sorry), resolve. Artinya kesalahan memang bisa terjadi dan bisa menjadikannya belajar untuk lebih baik di lain waktu.

• Berfokuslah pada solusi dari setiap masalah. Hal ini akan membuat anak justru lebih mudah mengetahui konsekuensi dan ia akan menerimanya dengan lapang dada.

• Moms dan Dads juga harus mampu menunjukkan rasa sayang dengan lebih terbuka. Hal yang bisa disampaikan dengan kalimat seperti "Mama peduli terhadap kamu, dan Mama khawatir terhadap situasi ini. Boleh Mama bantu cari solusinya?"

Semoga Anda dan anggota keluarga lainnya bisa menerapkan metode positif disiplin sehingga Si Kecil juga bisa bertumbuh dengan sikap dan perilaku yang positif, ya. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)