KID

5 Cara Menghadapi Anak yang Mulai Jatuh Cinta

Cara menghadapi anak yang mulai jatuh cinta


Saat ini, bukanlah hal yang aneh dan baru lagi buat anak usia belia untuk memiliki ketertarikan kepada lawan jenis. Menghadapi kondisi ini, beberapa orang tua mungkin mencoba menghindari pembahasan tentang percintaan karena menganggap anak masih terlalu muda dan itu hanya “cinta monyet” belaka.

“Sejak usia 7 atau 8 tahun, anak mulai berpikir tentang teman lawan jenis di kelasnya dengan cara yang berbeda, mungkin menyukai teman lawan jenis atau menganggapnya manis. Itu adalah fase perkembangan yang normal,” kata Allison Bates, seorang konselor klinis.

Alih-alih menganggapnya sebagai sesuatu yang “tidak seharusnya” dan mengabaikannya, para ahli justru mengatakan bahwa momen ketika anak bercerita bahwa ia mulai jatuh cinta adalah suatu hal yang positif. Moms bisa membangun kepercayaan anak sehingga Anda mungkin akan menjadi orang kepercayaannya, bahkan saat ia remaja hingga dewasa.

Selain itu, Anda juga bisa membekali anak dengan pemahaman tentang percintaan dan memiliki hubungan romantis yang sehat kelak.Nah, ini 5 cara yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi anak yang mulai jatuh cinta, Moms.

1. Ajak anak berbicara mengenai perasaannya

Alih-alih berterus terang tentang ketidaksukaan Anda (dan mungkin memarahinya) setelah mengetahui perasaan suka yang dimiliki anak, cobalah untuk mengajaknya berbicara secara terbuka dan hangat mengenai perasaannya, seperti menanyakan “Apakah kamu tahu apa itu cinta?” atau “Mengapa dia terlihat istimewa buat kamu?” Jangan menekannya untuk memberikan jawaban cepat, beri anak cukup waktu untuk memikirkannya.

Jawaban anak akan memberikan Anda gambaran tentang pemikirannya dan itu bisa membantu Anda membimbingnya (tentang cinta) dengan lebih baik, agar kelak saat dewasa ia bisa memiliki hubungan romantis yang sehat.

2. Jangan menghakimi dan menggoda anak

Saat berbicara dengan anak, hindari kalimat yang terkesan menghakiminya. Namun, berikan kalimat-kalimat yang menunjukkan bahwa perasaan yang ia miliki itu valid, tanpa terlalu menekankan tentang cinta seperti hubungan orang dewasa.

"Perasaan yang dimiliki anak itu nyata, meski perasaan itu bukan seperti perasaan layaknya orang dewasa, tetapi kita (orang tua) tetap perlu menghormati anak-anak kita," kata Calgary Julie Freedman Smith, seorang parenting coach. Beri tahu anak Anda bahwa naksir dengan lawan jenis itu normal dan sehat.

Yang terpenting juga, jangan menggoda anak Anda ya, Moms. Itu hanya akan membuatnya malu dan enggan untuk terbuka tentang teman yang disukainya kepada Anda di kemudian hari.

3. Menetapkan batasan

Berbeda dengan orang dewasa, anak di usia belia atau praremaja biasanya belum begitu mampu dalam memberi batasan untuk dirinya sendiri. Itu membuatnya mungkin bisa melakukan hal-hal ekstrem, seperti mengirim pesan sampai berjam-jam, menghabiskan banyak waktu luang dengan teman lawan jenis yang ia suka, atau bahkan melakukan tindakan yang menyinggung norma–meniru apa yang telah ia amati dari orang dewasa di sekitarnya.

Oleh karena itu, Anda perlu menetapkan beberapa batasan, misalnya “Boleh saja kalau kamu mau bermain dan belajar bareng dia, tapi hanya boleh di tempat umum, ya” atau “Boleh saja untuk saling mengirim pesan, tapi hanya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah dan tidak boleh lebih dari jam 10 malam”.

4. Jadilah teman curhat dan pendengar yang baik

Ketika anak mulai mengembangkan rasa sukanya terhadap lawan jenis, ia mungkin saja akan sering mengalami perubahan emosi. Untuk alasan ini, anak bisa jadi membutuhkan teman curhat untuk mencurahkan perasaannya. Moms bisa menjadi teman curhat anak yang siap untuk mendengarkan cerita dan perasaannya dengan baik. Itu akan membuat anak semakin terbuka dan tidak malu untuk menceritakan tentang rasa ketertarikannya kepada lawan jenis dengan Anda.

5. Memberikan edukasi seks

Saat anak Anda mulai berada di fase mengembangkan perasaan sukanya terhadap lawan jenis, sangat penting untuk memberikan edukasi seks yang baik untuknya. Menurut para peneliti dari The Hong Kong Polytechnic University dalam penelitian mereka, memberikan edukasi seks bisa membantu anak untuk mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan lawan jenis.

Rasa ingin tahu yang besar pada anak ditambah adanya pengaruh dari tayangan, baik di tv, film, maupun media sosial (yang mungkin tidak terkontrol) bisa saja memperbesar rasa ingin tahunya akan aktivitas seksual, seperti berpelukan, berciuman, atau bahkan berhubungan badan.

Jelaskan pada anak bahwa aktivitas seksual seperti itu hanya boleh dilakukan saat ia sudah dewasa dan menikah. Anak seusianya tidak sepantasnya melakukan aktivitas seksual seperti itu. Sampaikan juga risiko yang bisa muncul jika ia melakukan aktivitas seksual. (M&B/Fariza Rahmadinna/SW/Foto: Freepik)