FAMILY & LIFESTYLE

Mengatasi kasus batu ginjal yang sulit dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)



Penyakit batu ginjal, atau dalam istilah medis disebut dengan nefrolitiasis, adalah kondisi terbentuknya materi padat dan keras yang menyerupai batu pada ginjal. Penyakit ini bisa terjadi pada pria maupun wanita.

Batu ginjal bisa bertambah besar seiring dengan berjalannya waktu. Nah, saat ukurannya masih kecil, batu ginjal biasanya tidak akan menunjukkan gejala yang signifikan. Terkadang, batu bahkan bisa keluar dari tubuh melalui saluran ureter secara alami dan mudah.

Menurut Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K, Spesialis Urologi Siloam Hospitals ASRI, penderita batu ginjal sering kali tidak merasakan adanya gejala atau keluhan. Oleh sebab itu, tanpa disadari batu ginjal bisa menjadi besar.

“Beberapa gejala yang sering dirasakan oleh penderita batu ginjal, yaitu nyeri pinggang yang hilang timbul meskipun tidak melakukan gerakan berlebih, kencing berwarna kemerahan atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil, dan bila terjadi infeksi akan menyebabkan demam serta nyeri saat berkemih,” jelas Prof. Nur.

Prof. Nur juga menambahkan, seseorang berisiko lebih tinggi terkena batu ginjal jika salah satu anggota keluarga pernah menderita batu ginjal. “Dehidrasi atau tubuh kurang cairan; mengonsumsi makanan dengan kadar protein, natrium, dan gula berlebihan; obesitas; punya penyakit pencernaan; infeksi saluran kemih berulang; dan sering mengonsumsi suplemen atau obat-obatan tertentu juga memperbesar risiko terjadinya batu ginjal ini,” tambahnya.

Mengatasi batu ginjal dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)

Kini mengatasi penyakit batu ginjal bisa dilakukan dengan cara yang mudah. Siloam Hospitals ASRI melakukan edukasi layanan unggulan di bidang urologi menggunakan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS) untuk mengatasi kasus batu ginjal yang sulit seperti batu ginjal dengan ukuran besar serta batu ginjal yang terlalu keras dan yang sulit dijangkau tanpa operasi.

Metode RIRS menjadi salah satu inovasi yang memberikan keuntungan, khususnya bagi pasien, karena prosedurnya dilakukan lebih cepat, tidak meninggalkan bekas luka pada tubuh pasien, pemulihan lebih cepat, minim rasa nyeri, dan risiko infeksi lebih rendah dibanding metode bedah terbuka.

RIRS juga memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi karena dapat mengakses langsung ke ginjal dan menghancurkan batu ginjal menjadi fragmen-fragmen kecil, berbentuk seperti pasir hingga debu.

Saat melakukan presentasi, Prof. Nur menjabarkan, “Pada dasarnya RIRS adalah prosedur penghancur batu ginjal dengan menggunakan laser. Sebelum dilakukan prosedur RIRS, pasien harus menjalani pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu, dilanjutkan pemeriksaan dengan CT scan. Pemeriksaan menggunakan CT scan saat ini sudah mudah dijangkau dan menjadi standar pemeriksaan batu saluran kemih.”

”Dalam memilih prosedur RIRS, dokter akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran dan jenis batu, serta kondisi kesehatan umum pasien. RIRS dapat dilakukan pada batu ginjal berukuran kurang dari 3 cm dan batu dengan kekerasan tinggi (kekerasan batu lebih dari 1000 HU),” tambahnya.

Perkiraan waktu yang diperlukan untuk tindakan RIRS maksimal 2 jam guna menghindari gejala komplikasi seperti sepsis atau pengaruh panas dari laser yang berlebihan. Apabila diperlukan tindakan ulang atau lanjutan dapat dilakukan 1 minggu kemudian tetapi dapat ditunda paling lama 2 bulan setelah prosedur.

”Tindakan RIRS menggunakan flexible URS selain dapat memecahkan batu menjadi ukuran yang halus seperti pasir, pada kasus batu yang sangat keras maksimal ukuran pecahan kurang dari 1 mm, sehingga dapat dievakuasi pada saat tindakan. Selain itu, dengan alat ini bisa diperoleh contoh batu untuk pemeriksaan analisis batu, agar dapat diketahui jenis batu dan menentukan pengobatan untuk pencegahan kekambuhan batu saluran kemih,” tutup Prof. Nur. (M&B/SW/Foto: Freepik)