Siapa yang tak bahagia bertemu Si Kecil setelah menanti selama 9 bulan? Namun, tahukah Moms, ternyata sebagian orang tua melihat persalinan sebagai pengalaman traumatis. Yuk, kenali tanda dan cara mengatasi trauma pasca melahirkan agar Anda bisa lebih mewaspadainya.
Rasa sakit saat melahirkan ternyata tak hanya membawa sakit secara fisik, tapi juga mental. Buat sebagian ibu, melahirkan ternyata bisa sangat traumatis sampai-sampai berpengaruh terhadap kesehatan mental dan kemampuan merawat diri serta bayinya.
Apa itu trauma pasca melahirkan?
Postpartum post-traumatic stress disorder (Postpartum PTSD) atau trauma pasca melahirkan merupakan kondisi di mana orang tua mengalami trauma nyata setelah melahirkan.
Seperti PTSD pada umumnya, Moms, trauma pasca melahirkan berkembang dari pengalaman traumatis sebelum, selama, dan sesaat setelah melahirkan. Kondisi ini memicu kecemasan atau gejala panik, dan ketakutan terus-menerus akan bahaya.
Baca juga: Beda dengan Baby Blues, Moms Wajib Kenali Depresi Pasca Melahirkan
Ini tanda-tanda trauma pasca melahirkan
Moms, tanda trauma pasca melahirkan dan depresi pasca persalinan sering kali tumpang tindih. Namun, jika Anda mengalami trauma, kemungkinan besar Anda akan mengalami depresi pasca persalinan.
Baik Moms maupun Dads perlu mewaspadai tanda-tanda gangguan kesehatan mental yang bisa dialami setelah melahirkan. Melansir laman University of Utah Health, tanda trauma pasca melahirkan, di antaranya adalah:
- Menghindari orang, tempat, atau situasi berkaitan dengan trauma
- Susah tidur
- Waspada berlebihan
- Kecemasan meningkat dan serangan panik (panic attack)
- Kejadian yang memicu trauma sekilas muncul lagi atau mimpi buruk
- Depresi makin parah.
Moms dan Dads, siapa pun bisa mengalami trauma pasca melahirkan meski sudah melahirkan dalam kondisi terbaik. Namun, ada pengalaman tertentu yang membuat ibu melahirkan berisiko tinggi mengalami trauma, antara lain:
- Bayi setelah lahir dibawa ke NICU untuk perawatan intensif
- Tali pusar melilit leher bayi
- Moms merasa tidak berdaya atau tidak memegang kendali sepenuhnya, misalnya pemeriksaan tanpa persetujuan
- Kurang dukungan selama persalinan
- Mendadak harus operasi caesar
- Komplikasi fisik yang parah, seperti pendarahan, histerektomi (pembedahan untuk mengangkat sebagian atau seluruh rahim) yang tidak direncanakan atau robekan pada perineum
- Penggunaan ekstraktor vakum atau forcep saat melahirkan.
Baca juga: Trauma untuk Hamil dan Punya Anak, Mesti Bagaimana?
Trauma pasca melahirkan bisa ditangani
Seperti disebutkan di atas, trauma pasca melahirkan bisa dialami siapa pun. Namun, Moms tak perlu khawatir, karena kondisi ini sesungguhnya bisa diatasi. Banyak wanita yang setelah melahirkan menjalani terapi atau pengobatan, sehingga mereka bisa menjalani kehidupan dengan normal.
Ketika Anda sudah mengenali gejala dan curiga mengarah kepada trauma pasca melahirkan, Moms sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga profesional. Penanganan yang lebih cepat akan bisa mencegah kondisi trauma berubah jadi aksi destruktif, seperti gangguan makan, kecanduan, perilaku kompulsif, bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup.
Nah, itulah beberapa informasi terkait trauma pasca melahirkan. Tidak perlu malu bila Moms menyadari tengah mengalaminya. Segera cari bantuan profesional dan jalani semua terapi yang disarankan. (M&B/Elise/RF/Foto: Pexels)