FAMILY & LIFESTYLE

Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Anak



HIV merupakan virus yang masih menjadi topik kesehatan paling hangat. Seperti kita ketahui, penularan virus HIV ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, berdasarkan laporan kementerian kesehatan tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah kasus AIDS tertinggi terjadi pada ibu rumah tangga. Kasus ini tentu makin meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak.

Menurut WHO, 30% bayi lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular HIV jika ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Bila ibu terinfeksi HIV menyusui bayi, risiko keseluruhan tertular naik menjadi 35-50%. ART merupakan pengobatan yang dilakukan untuk menghambat produksi virus HIV.

Ibu dengan jumlah virus HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya. Dikutip dari sumber Spiritia, sebagian besar penularan terjadi dalam proses melahirkan, melalui darah sang ibu. Risiko penularan pada bayi ini akan makin meningkat jika persalinan berlanjut lama.

Untuk membantu mengurangi serta mencegah penularan HIV dari ibu ke anak, test HIV sebaiknya perlu ditawarkan pada semua ibu hamil yang tinggal di daerah epidemi atau memiliki perilaku berisiko penularan HIV selama kehamilan. Bagi ibu hamil yang sudah terinfeksi HIV, wajib diberi ARV secara rutin. Wanita dengan HIV juga perlu menentukan program kehamilan dan persalinan yang tepat.

Saat masa menyusui, ibu dengan HIV perlu konsultasi pada ahli laktasi sejak perawatan antenatal pertama. Namun, faktanya 17% bayi bisa terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI (PASI) atau susu formula dengan tepat. Semua itu tentu juga membutuhkan konsultasi dari dokter ahli. (Aulia/DT/dok.freedigitalphotos)