Bukan hanya orang dewasa, penyakit tiroid juga bisa menyerang anak-anak. Bahkan gangguan tiroid kongenital kerap terabaikan dan tidak terdeteksi hingga anak tumbuh dengan disabilitas intelektual permanen.
Salah satu masalah tiroid yang sering terjadi adalah hipotiroid. Hipotiroid sendiri adalah kondisi di mana kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah cukup. Hormon ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, khususnya pada anak-anak. Itulah sebabnya deteksi dan penanganan dini sangat penting.
Sementara itu, hipotiroid kongenital adalah jenis hipotiroid yang sudah ada sejak lahir. Kondisi ini bisa menghambat perkembangan mental dan fisik anak jika tidak ditangani segera. Oleh karena itu, skrining bayi baru lahir sangat penting untuk mendeteksi adanya hipotiroid kongenital sehingga bisa segera mendapatkan intervensi medis.
“Skrining sangat penting untuk dilakukan karena hipotiroid kongenital meningkatkan risiko kelainan bayi yang berakibat pada penurunan kecerdasan dan tumbuh kembang,” ungkap Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, dalam acara peluncuran White Paper Thyroid di Jakarta beberapa waktu lalu.
Efek hipotiroid pada anak
Seperti disebutkan di atas, hipotiroid dapat memengaruhi perkembangan anak, baik secara fisik maupun mental. Dampak yang mungkin terjadi meliputi:
1. Pertumbuhan terhambat. Anak dengan hipotiroid mungkin mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik.
2. Keterlambatan perkembangan. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, menyebabkan kesulitan belajar dan masalah konsentrasi.
3. Gangguan motorik. Anak mungkin mengalami keterlambatan dalam kemampuan motorik halus dan kasar.
4. Kelelahan dan lemah. Anak mungkin sering merasa lelah dan lesu.
5. Masalah berat badan. Hipotiroid dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak diinginkan.
Pentingnya skrining
Mengetahui betapa berbahayanya efek hipotiroid, maka orang tua disarankan melakukan skrining sejak dini atau ketika Si Kecil baru lahir. Anak yang terdeteksi mengalami hipotiroid sejak dini dan segera ditangani bisa melalui milestone seperti kebanyakan anak-anak yang tidak punya masalah tiroid.
Sebagai catatan, anak yang mengalami hipotiroid kongenital dan tidak segera ditangani akan memiliki IQ di bawah rata-rata. Sedangkan anak yang hipotiroid ditangani dengan baik maka bisa memiliki IQ di atas rata-rata.
“Salah satu quick win yang disampaikan dan menjadi PR Kemenkes dari Presiden Prabowo adalah melakukan skrining kesehatan. Kita akan launching skrining kesehatan di hari ulang tahun, salah satu di antaranya adalah skrining kelainan tiroid,” ujar Dante.
Dengan adanya layanan skrining gratis yang disediakan pemerintah, maka diharapkan masyarakat lebih menyadari mengenai pentingnya deteksi dini kelainan tiroid. Selain itu, skrining tersebut diharapkan dapat menurunkan beban pembiayaan kelainan tiroid yang selama ini dikeluarkan pemerintah setiap tahunnya.
Saat ini klaim jaminan kesehatan nasional (JKN) untuk penyakit tiroid mencapai Rp750 miliar pada 2023. Angka ini tergolong tinggi sehingga perlu adanya skrining sejak dini.
Memahami pentingnya skrining kelainan tiroid, Mercks meluncurkan program White Paper Thyroid yang fokus seputar kesadaran, pencegahan, skrining, pengawasan, dan peningkatan keterlibatan dengan pasien serta penyedia layanan kesehatan untuk penyakit kelainan tiroid.
Untuk skrining, fokus utamanya adalah bayi baru lahir, ibu hamil, mereka yang berencana hamil, dan orang tua. Orang yang menderita penyakit autoimun serta punya riwayat kelainan tiroid juga perlu melakukan skrining.
“Merck mendukung penuh inisiatif untuk meningkatkan kesadaran akan deteksi dan skrining dini. Pada tahun lalu, Merck Indonesia meluncurkan Thyroid RAISE yang bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan The Indonesian Thyroid Association (InaTA). Program ini berfokus pada peningkatan kemampuan tenaga kesehatan untuk melakukan skrining dan diagnosis gangguan tiroid pada populasi orang dewasa yang berisiko tinggi. Sejak diluncurkan hingga akhir September 2024, program ini telah melatih lebih dari 5.000 tenaga kesehatan profesional dalam melakukan skrining,” jelas Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik, Dok. Merck)