
Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Stimulasi dini memegang peranan yang sangat krusial dalam tumbuh kembang anak. Secara ilmiah, 85% perkembangan otak anak terjadi sebelum usia 3 tahun. Pada masa emas ini, otak anak ibarat spons yang menyerap hampir semua pengalaman dan rangsangan yang diberikan di sekelilingnya. Tanpa stimulus yang tepat, potensi maksimal anak sulit untuk tercapai, baik dari segi fisik, kognitif, sosial, maupun emosional.
Kini, banyak sekali informasi mengenai cara-cara menstimulasi anak sejak usia dini. Muncul bermacam-macam ide mainan dan kegiatan yang menstimulasi anak secara fisik, sensori, dan psikologis.
Bahkan, stimulasi dini juga sudah mulai banyak diaplikasikan dalam kurikulum di Taman Kanak-Kanak seluruh Indonesia. Salah satunya adalah dengan kurikulum Montessori yang berfokus pada pengembangan indra anak.
BUkan cuma di sekolah, Moms bisa menstimulasi anak di rumah, lho. Nah, sebelum menyediakan mainan dan kegiatan yang menstimulasi anak sejak dini, Moms perlu tahu dulu tentang pentingnya stimulasi dini untuk tumbuh kembang anak.
Apa yang dimaksud dengan stimulasi dini?
Stimulasi dini adalah serangkaian aktivitas atau rangsangan yang diberikan untuk mendukung peluang tumbuh kembang anak secara optimal. Aktivitas ini melibatkan interaksi aktif dengan anak, baik melalui berbicara, bermain, atau memberikan pengalaman baru yang sesuai dengan usia Si Kecil.
Tujuannya adalah merangsang perkembangan otak, mendorong keterampilan motorik, melatih kemampuan sosial, dan membentuk respons emosional yang sehat. Namun, ini bukan berarti memberikan tekanan berlebih pada anak. Stimulasi dini harus dilakukan secara alami dan menyenangkan, agar Si Kecil tetap merasa nyaman.
Manfaat utama stimulasi dini
1. Meningkatkan perkembangan otak
Stimulasi dini berperan dalam memperkuat koneksi antarsel saraf dalam otak anak. Misalnya, berbicara dan membacakan cerita kepada anak secara rutin bisa membantu meningkatkan kosakatanya di kemudian hari.
Baca juga: Cara Merangsang Tumbuh Kembang Otak Balita dengan Stimulasi Tepat
2. Mendorong keterampilan motorik
Kegiatan seperti bermain balok, menggambar, atau berjalan-jalan bisa membantu melatih keterampilan motorik kasar dan halus anak.
3. Keseimbangan keterampilan sosial dan emosional
Stimulasi melalui interaksi, seperti bermain ciluk ba atau berkomunikasi, mengajarkan anak tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan membantunya mengelola emosi.
4. Membangun kepercayaan diri
Ketika anak berhasil melewati tantangan kecil, seperti menyusun balok hingga membentuk menara, ia akan merasa percaya diri dan termotivasi untuk mencoba lebih banyak lagi.
Jenis stimulasi berdasarkan usia
Perlu Moms sadari, setiap usia memerlukan pendekatan stimulasi yang berbeda. Berikut panduan singkatnya.
Usia 0-12 bulan
Tujuan utama: Membentuk hubungan emosional dan sensorik.
- Ajak anak melakukan kontak mata dan tersenyum.
- Dengarkan musik lembut atau suara alam untuk merangsang pendengaran.
- Berikan mainan berbahan lembut dengan bentuk dan warna yang beragam.
Usia 1-3 tahun
Tujuan utama: Mengeksplorasi lingkungan dan mendorong kemandirian.
- Ajak anak bermain balok atau puzzle sederhana.
- Libatkan anak dalam aktivitas sehari-hari, seperti merapikan mainan.
- Bacakan buku cerita dengan ilustrasi menarik.
Usia 4-6 tahun
Tujuan utama: Memupuk kreativitas dan kemampuan berpikir logis.
- Libatkan anak dalam menggambar, bermain role play, atau menyusun cerita.
- Ajarkan permainan strategi sederhana seperti tic-tac-toe.
- Dorong aktivitas fisik seperti bermain bola atau bersepeda.
Bagaimana cara melakukan stimulasi dini yang optimal?
Berikut ini 5 langkah mudah untuk memastikan stimulasi yang Moms berikan efektif.
1. Kenali kebutuhan dan minat anak
Setiap anak unik. Perhatikan minat dan kebutuhan anak untuk menentukan stimulasi apa yang paling sesuai. Jika anak suka musik, cobalah memperkenalkan alat musik sederhana.
2. Ciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan
Pastikan anak merasa aman saat bereksplorasi. Hindari lingkungan yang terlalu ramai atau tekanan kompetitif yang berlebihan.
3. Manfaatkan waktu interaksi sehari-hari
Stimulasi tidak selalu membutuhkan alat canggih. Sesimpel mengobrol saat makan atau bermain "tebak kata" saat berjalan-jalan juga bisa memberikan manfaat besar.
4. Fokus pada proses, bukan hasil
Jangan terlalu fokus pada hasil akhir. Biarkan anak belajar dan menikmati prosesnya sendiri. Kesalahan adalah bagian dari pembelajaran.
5. Konsistensi adalah kunci
Stimulasi efektif jika dilakukan secara teratur. Sisihkan waktu setiap hari untuk memberikan rangsangan sesuai kebutuhan anak.
Dengan stimulasi tepat, perkembangan Si Kecil secara fisik maupun psikologis dapat dioptimalkan. Maka dari itu, pentingnya stimulasi dini untuk tumbuh kembang anak perlu selalu diingat oleh orang tua. (M&B/Hana/WR/Foto: Freepik)