Para peneliti sepakat bahwa asap rokok mengandung lebih dari 4.000 jenis racun yang menyebabkan kerugian bagi kesehatan tubuh. Perokok pasif dinilai lebih rentan mengalami kerusakan organ dibanding perokok aktif, karena mereka menghirup asap rokok tanpa penyaring udara atau filter. Perokok pasif ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu secondhand smoker dan thirdhand smoker. Perokok pasif jenis pertama ini adalah mereka yang menghirup asap rokok langsung tanpa penyaring. Sementara jenis kedua merupakan perokok pasif yang menghirup sisa asap rokok yang menempel di pakaian ataupun benda-benda sekelilingnya.
Banyak orang mengatakan, secondhand smoker punya risiko lebih tinggi dan efek yang lebih langsung dibanding thirdhand smoker. Namun ternyata, hal tersebut dibantah oleh hasil penelitian dari Lawrence Berkeley National Laboratory. Pasalnya, residu yang menempel pada barang-barang, seperti pakaian akan bermutasi dengan lingkungan dan cenderung menjadi zat perusak sel yang lebih berbahaya. Salah satu bagian yang dirusak adalah DNA atau gen manusia-- unit terkecil hereditas.
"Bayangkan bagaimana sel yang rusak akan memengaruhi proses perkembangan janin yang tengah terbentuk. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menemukan bahwa asap yang menempel dan terhirup oleh thirdhand smoker menjadi mutagen atau penyebab mutasi. Nitrosamin, merupakan salah satu senyawa kimia paling berbahaya yang terdapat di dalam rokok, yang mampu bermutasi dan meracuni tubuh," ujar Lara Gundel, Ketua Tim Peneliti Berkeley.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari hasil penelitian ilmuwan Berkeley pada 2010, yang menemukan bahwa residu nikotin dapat bereaksi dengan ozon dan asam nitrat yang membentuk senyawa berbahaya dan meracuni jaringan tubuh manusia. Zat tersebut kemudian dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, mulut (dengan menelan zat tanpa sepengetahuan), dan kontak kulit. “Anda mungkin bisa menghilangkan bau asap rokok, namun tidak efeknya bagi kerusakan gen Anda,” tambah Gundel. (Gita/DMO/Dok. Freedigitalphotos)