Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Punya 3 Hal Ini, Dijamin Pernikahan Anda Bakal Langgeng

Punya 3 Hal Ini, Dijamin Pernikahan Anda Bakal Langgeng

Dalam menjaga pernikahan sampai maut memisahkan atau langgeng, bukanlah perkara mudah. Harus ada kepekaan setiap individu agar mereka selalu punya dorongan memertahankan pernikahan saat ujian datang. Sebab, ujian besar dalam pernikahan itu datang pada tiga fase, yaitu di awal, di pertengahan, dan di akhir pernikahan.

 

Ya, ada pasutri yang berhasil melewati berbagai masalah di awal dan pertengahan pernikahan, namun 'lengah' di tahap akhir dan pernikahannya pun kandas. Contohnya, bisa Anda lihat di sekeliling Anda, atau para pasangan publik figur.

 

Sekarang pertanyaannya: sedang di posisi apa pernikahan Anda sekarang, Moms? Sudah melewati fase mana? Kami harap Anda beserta suami diberikan kekuatan memertahankan pernikahan ya, Moms.

 

Tetapi, dalam memertahankannya sendiri bukan tanpa caranya. Ibarat menanam pohon, cinta dan kasih sayang harus dipupuk harus tumbuh dan batangnya kuat menjulang tak mudah patah diterpa badai.

 

Nah, cara memupuk inilah yang harus kita tahu agar cinta terus ada dan pernikahan tetap terjaga. Merangkum berbagai sumber, ada tiga kunci penting dalam menjaga pernikahan agar bisa sampai maut memisahkan. Apa itu? Yang harus dimiliki ialah kemampuan komunikasi dan saling mengenal satu sama lain.

 

Agak klise, memang. Tapi begitulah hasil studi dari Robert Epstein dari University of the South Pacific Fiji, pada tahun 2013. Dalam membahas masalah yang menerpa pernikahan, mereka yang langgeng pernikahannya cenderung mengungkapkan apa yang dirasa dalam bahasa “I language” ketimbang "U language."

 

Sebagai ilustrasi, Anda ingin marah kepada suami Anda karena masih membawa kebiasaan bujangan, yaitu pulang malam. Anda bisa berkata, “Aku marah ya sama kamu. Kamu di kondisi sudah punya istri masih saja pulang malam. Dan kamu sudah melakukannya beberapa kali. Aku tuh takut kalau sendiri malam, pintu rumah soalnya lagi rusak. Gimana kalau ada orang tiba-tiba masuk rumah kita?”

 

Sementara kalau U language contohnya, “Kamu tuh emang enggak peduli sama aku, ya? Kamu itu kepala keluarga, tidak seharusnya meninggalkan istri di rumah. Harusnya mikir.”

 

Bagaimana? Lebih enak didengar yang mana – kalau Anda jadi laki-laki? Pasti yang pertama kan, Moms?

 

Jadi, simpul Robert, cara berkomunikasi konstruktif inilah yang pada akhirnya membuat pasangan saling menghargai satu sama lain. Sehingga tidak ada celah untuk Pria atau Wanita Idaman Lain 'masuk' dan merusak pernikahan Anda. “Pokoknya, usahakan saat akan membahas seseuatu, hindari menggunakan kalimat 'Kamu itu selalu' atau 'Kamu tidak pernah',” ungkapnya seperti dilansir laman Independent, Kamis (1/3/2018).

 

Apakah hanya dua kunci itu? Sebenarnya ada 7 kunci pernikahan langgeng dalam studi tesebut, yang terdiri dari komunikasi, life skill, mampu mengatur diri, mengenal pasangan dengan baik, seks, manajemen stres, dan resolusi konflik. Tetapi, menurut Robert, skill komunikasi dan saling mengenal lebih dominan dalam memudahkan mengatasi masalah.

 

Sementara kunci terakhir pernikahan langgeng ialah orgasme. Dalam jurnal Socioaffective Neuroscience & Psychology, dijelaskan bahwa pasangan yang bisa membuat pasangan orgasme, bisa membuat ikatan pasangan semakin kuat. Hal itu bisa terjadi karena seks memberikan kenikmatan bagi kedua orang yang kemudian keduanya merasa menyatu sama lain.

 

Oleh karenanya, sebisa mungkin bawalah kegiatan seks Anda bisa membuat orgasme satu sama lain. Karena penelitian seolah menunjukan, kalau setiap pasangan bisa membuat satu sama lain mencapai puncak kenikmatan, ia bakal punya hubungan yang bahagia.

 

Dan, bila Anda dan pasangan sudah punya kebahagian dalam hati, menurut Anda apakah pernikahan Anda mudah digoyangkan atau patah? Disinilah kekuatan dari orgasme.

 

“Adapun kelebihan lain dari orgasme ialah kemampuannya meredam amarah atau emosi pasangan. Inilah alasan mengapa seks sangat bagus untuk dilakukan saat pasangan sedang berkelahi,” jelas Dr Diana Fleischman, seorang psikolog dari University of Portsmouth. (Qalbinur Nawawi/Dok. Freepik)