TODDLER

Jika Anak Terkena Tifus dan Cara Menanganinya



Tifus merupakan masalah kesehatan serius yang sering terjadi di negara berkembang, terutama pada anak-anak. Penyakit ini menyebar melalui makanan dan air yang telah terkontaminasi bakteri, serta melalui kontak langsung dengan penderita.

Setelah diberi antibiotik, penderita tifus biasanya membaik dalam beberapa hari. Vaksin untuk mencegah penyakit ini sudah ada, namun hanya diberikan kepada orang yang hidup di daerah rentan tifus atau kepada orang yang akan bepergian ke daerah tersebut.


Gejala Tifus

Dibandingkan dengan orang dewasa, gejala tifus pada anak lebih sulit terdeteksi sebab tidak spesifik. Namun, Anda perlu waspada jika Si Kecil mengalami demam yang naik-turun lebih dari 5 hari. Demam biasanya naik di sore hingga malam dan turun menjelang pagi sampai siang hari.

Selain itu, Si Kecil juga akan mengalami gangguan buang air besar, baik diare atau sulit BAB, lidah tampak memutih dengan ujung dan tepi kemerahan, serta mual dan muntah.


Penyebab Tifus

Penyebab penyakit tifus adalah bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini sangat mudah menyebar di tempat yang kondisi sanitasinya buruk. Salmonella typhi pun berkembang dengan cepat pada genangan air kotor, makanan yang tidak sehat, dan lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya. Penyebaran penyakit ini juga dapat terjadi melalui lalat, kecoak, dan tikus.

Biasanya tifus dialami oleh anak-anak yang sering jajan di sembarang tempat. "Selain melalui makanan, penularan tifus juga bisa melalui tangan penderita yang tidak dicuci bersih. Misalnya jika Anda atau pengasuh terserang tifus dan menyiapkan makanan Si Kecil padahal tangan belum bersih, kuman tifus bisa menular kepada Si Kecil," ucap dr. Eveline P.N., Sp.A IBCLC dari RS St. Carolus Salemba, Jakarta.


Yang Harus Dilakukan

Pemberian antibiotik adalah pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi tifus. Namun, Anda tidak boleh sembarangan memberikannya dan harus sesuai dengan anjuran dokter. Untuk mempercepat penyembuhan tifus Si Kecil, jaga asupan cairannya agar ia tidak mengalami dehidrasi. Hal ini juga berguna mencegah terjadinya demam berkepanjangan dan diare. Jangan lupa berikan makanan sehat tinggi kalori untuk menggantikan nutrisi Si Kecil yang hilang saat sakit.


Kapan Mesti Hubungi Dokter?

Sekitar 5 persen penderita tifus pernah mengalami komplikasi, seperti perdarahan pada usus yang ditandai dengan tekanan darah yang mendadak turun, mengalami syok, atau usus berlubang dengan gejala perut sakit parah, muntah, mual, serta infeksi darah.

Kondisi ini terjadi 3 minggu pasca terkena tifus dan bisa menyebabkan kematian. Anda harus menghubungi dokter untuk penanganan lebih intensif.


Pencegahan

Lantaran tifus merupakan penyakit yang tidak bisa memberikan kekebalan seumur hidup, kemungkinan Si Kecil terkena penyakit ini berulang kali sangat besar. Karena itu, Anda harus memerhatikan pola makan dan kebersihan lingkungan sekitar. Agar terhindar dari makanan yang terkontaminasi kuman Salmonella typhi, biasakan untuk membawakan masakan Anda sendiri sebagai bekal Si Kecil. Juga jangan lupa, selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkannya.


Tifus dan Paratifus

Selain tifus, Anda pernah mendengar penyakit paratifus, bukan? Menurut dr. Eveline, tidak ada hal signifikan yang membedakan antara tifus dan paratifus. Yang membedakan hanyalah jenis kumannya saja, yaitu kuman paratyphi dan Salmonella typhi. Sedangkan gejala penyakitnya pun sama.

Untuk mengetahui apakah demam dan gejala lain itu adalah tifus atau paratifus, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium (tes darah) melalui tes widal, tetapi tes ini ternyata belum 100 persen benar. Tes lain yang lebih akurat dan spesifik adalah tes Salmonella Imuno Globulin M (Salmonella IGM), namun hanya ada di rumah sakit-rumah sakit tertentu karena harganya memang lebih mahal dari tes widal. (M&B/SW/Dok. Freepik)