TODDLER

Pentingnya Mengurangi Kata "Jangan" bagi Si Kecil



Jangan main hujan-hujanan! Jangan pegang vas bunga itu! Jangan ganggu kakak yang sedang belajar! Jangan, jangan, dan jangan lagi. Moms, apakah Anda termasuk yang sering menggunakan kata "jangan" ketika melarang Si Kecil melakukan sesuatu?

Masa balita merupakan masa emas tumbuh kembang anak. Masa di mana rasa ingin tahu anak sangat besar untuk mengeksplorasi apa pun yang baru dilihatnya. Pada saat itu, tak jarang orang tua secara sadar atau tidak sadar melarang anak untuk melakukan ini atau itu.

Kata "jangan" akhirnya menjadi kata yang paling sering dikeluarkan oleh orang tua. Dra. A. Ratih Andjayani Ibrahim, MM., Psikolog, menyarankan orang tua menghindari kalimat negatif yang mengandung kata "jangan" pada anak. Menurutnya, penggunaan kata "jangan" justru akan berakibat buruk bagi pertumbuhannya.


Mengapa Kata "Jangan"?

Bukan tanpa sebab kata "jangan" menjadi kata yang sering digunakan orang tua pada anaknya saat ini. Bisa jadi hal ini karena didikan yang telah diturunkan sejak awal.

Pada generasi Anda, ruang gerak anak masih sangat luas. Anak bebas bermain ke mana saja tanpa batasan. Untuk itu, orang tua menjadi tegas melarang dan membatasi ruang gerak yang terlalu luas tersebut.

Kata "jangan" pun menjadi kata yang ampuh untuk digunakan. Dari situlah ajaran tersebut tertanam dan diadopsi oleh generasi Anda saat ini. Padahal, perkembangan dari lingkungan anak sekarang sudah berbeda.

Tanpa dibatasi, ruang gerak anak sesungguhnya sudah sangat terbatas. Oleh karena itu, orang tua saat ini seharusnya lebih bisa menyesuaikan ajaran sehingga pesan yang ingin disampaikan pun tetap dapat diterima dengan baik oleh anak.


Apa Akibatnya?

Tidak berarti Moms sama sekali tidak boleh menggunakan kata "jangan" pada anak. Akan tetapi yang perlu dihindari adalah penggunaan yang berlebihan karena dapat berakibat buruk bagi perkembangan anak, terutama pada usia balita.

Oleh karena itu, orang tua harus bisa memilih kata-kata yang tepat dan mudah dimengerti. Kata "jangan" inilah yang harus diwaspadai. Ketika mengatakan "jangan" kepada anak, Anda akan memberikan dua pengertian secara tidak langsung. Misalnya "Jangan duduk!", ada kata "jangan" dan "duduk". Anak menjadi bingung mencerna kedua kata tersebut, apakah tidak boleh duduk atau harus duduk. Namun anak cenderung mengikuti kata terakhir yang mereka dengar dan akhirnya akan tetap duduk.

Selain itu, ketika kata "jangan" sering didengar, mereka dapat berpikir bahwa segala apa yang dilakukannya salah dan dilarang. Anaknya justru bingung apa yang sebenarnya bisa dilakukan. Akibatnya, rasa percaya diri anak menjadi kurang karena takut berbuat salah atau tidak tahu mana yang boleh dilakukan.

Jangan lupa, saat kata "jangan" terlalu sering digunakan maka fungsi kontrol yang terkandung di dalamnya menjadi hilang. Tidak ada lagi penegasan ketika orang tua melarang anak melakukan sesuatu yang benar-benar berbahaya dan mendesak, seperti saat Si Kecil terlalu dekat dengan api dan orang tua berteriak "Jangan!".


Boleh Digunakan Jika...

Disesuaikan dengan Usia Anak

Jika anak masih berumur di bawah 4 tahun, Anda harus memberikan detail terhadap arti kata yang diucapkan. Boleh menggunakan kata "jangan", tapi Anda juga harus mengatakan secara langsung apa yang Anda inginkan. Misalnya saat anak sedang mencorat-coret tembok, "Jangan mencorat-coret tembok, nanti bisa kotor dan susah dibersihkan. Jika ingin menggambar, di kertas ya."

Lihat Lingkungan Sosial dan Budaya

Lingkungan sosial dan budaya anak berbeda dengan masa kecil Anda. Lingkungan yang sudah terbatas membuat Anda tak perlu lagi memperketat ruang geraknya. Cukup bimbing dan bertindak secara tepat pada Si Kecil.

Saat Keadaan Mendesak

Ketika berada dalam situasi yang genting dan mendesak, Anda perlu secara tegas melarang, seperti ketika anak berada terlalu dekat dengan api atau air panas. Sangat perlu sebuah tekanan sehingga ada efek jera dan kejut bagi anak.


Pengganti Kata "Jangan"

Jangan berebut! - Mainnya bergantian ya.

Jangan lari-larian dalam rumah! - Kalau ingin berlari, kita main di luar saja.

Jangan berteriak! - Ibu dapat mendengarmu, Sayang. Coba kecilkan suaramu.

Jangan buang sampah sembarangan! - Sampahnya dimasukkan ke tempatnya ya.

Jangan berkelahi! - Ayo bermain bersama-sama.

Jangan melawan ibu! - Coba dengarkan perkataan ibu.

Jangan memberantakkan mainan! - Selesai main, kembalikan mainan ke tempatnya, ya.

Jangan loncat-loncat di atas sofa! - Sofa untuk duduk, Sayang. Meloncatnya di luar saja.

Jangan corat-coret tembok! - Menggambar di kertas saja ya.

Jangan cemberut! - Ayo, senyum.

Jangan ngambek! - Coba katakan dengan jelas apa yang kamu mau. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)