FAMILY & LIFESTYLE

Glaukoma Sebabkan Kebutaan pada Anak



Glaukoma, penyakit nomor 2 penyebab kebutaan di Indonesia, merupakan kelompok penyakit saraf mata (saraf optik) yang kronik dan progresif. Pada prinsipnya, siapa saja dapat terkena glaukoma, bahkan bayi baru lahir sekalipun. Karena itu, penting sekali bagi orangtua untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan glaukoma.

Menurut dr. Donny V. Istiantoro, Sp.M dari Jakarta Eye Center (JEC), glaukoma pada anak adalah kelainan pembentukan dari sistem pengeluaran cairan humor akuos yang tidak atau disertai kelainan pembentukan dari sistem organ tubuh lainnya. Glaukoma pada anak yang terjadi pada usia bulan pertama kelahiran sampai 2 tahun disebut Primary Infantile Glaucoma (PIG). Sedangkan, yang terjadi setelah 2 tahun sering disebut Juvenile Glaucoma (JG).

Tanda-tanda anak yang terserang glaukoma tergantung dari keparahan glaukoma yang diderita. Ada yang tidak menimbulkan gejala tetapi ada pula yang menunjukkan gejala nyata. Gejala umum adalah anak yang sangat takut dengan cahaya, kelopak mata yang sulit dibuka (bleparospasme), serta kornea mata anak yang besarnya melebihi mata anak normal seusianya. Gejala yang paling sering ditemui oleh orangtua adalah kornea yang keruh pada mata anak. Anak penderita glaukoma sering juga menjadi sangat rewel dan sering disalahartikan sebagai gejala intoleran terhadap susu formula.

Berbeda dengan katarak, kebutaan akibat glaukoma tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah dengan mengontrol faktor risiko. Jika seorang penderita glaukoma kehilangan penglihatannya, hal ini tidak dapat disembuhkan kembali. Dokter Donny menambahkan, deteksi dini atau screening glaukoma adalah cara paling ampuh untuk mencegah semakin parahnya penyakit ini. Pemeriksaan untuk mendeteksi glaukoma tidak sederhana, terkadang diperlukan alat-alat diagnostik mutakhir untuk diagnosa yang akurat. (LD/Aulia/M&B/Dok. M&B)