Banyak cara melahirkan yang kini menjadi tren. Namun, Anda hendaknya berhati-hati dalam memilih. Konsultasikan tren yang Anda pilih dengan ahlinya dan tetap prioritaskan keselamatan buah hati dan diri Anda.
Apa yang ada di benak kebanyakan ibu menjelang persalinannya? Kekhawatiran akan rasa nyeri yang berlebihan mungkin salah satunya. Inovasi cara-cara persalinan pun diperkenalkan di tengah masyarakat, seperti water birth, lotus birth, gentle birth, dan hypnobirthing. Bagi mereka yang awam, cara-cara tersebut tentu memberi solusi baru agar dapat melahirkan dengan rasa nyeri yang minim. Namun, siapakah yang dapat bertanggung jawab atas keamanannya?
"Tren persalinan yang membahayakan, seperti water birth tentu tidak direkomendasikan oleh organisasi profesi dokter kandungan dan kebidanan, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Secara kodratnya, manusia adalah 'makhluk darah' karena berdarah panas atau dikenal dengan suhu tubuh yang tetap (homoiterm). Jika memilih teknik ini, maka konsekuensinya sekitar 1.000 liter air harus terus diganti selama persalinan berlangsung agar air tetap steril. Hal ini tentu masalah besar," tegas dr. Rama Tjandra, Sp.OG yang sehari-hari berpraktik di RS Medistra dan RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Menurutnya, cara persalinan ini berisiko menimbulkan infeksi plasenta, pembekuan darah, hingga reaksi syok bagi ibu dan bayi. Belum lagi jika plasenta dibiarkan begitu saja di dalam air yang amat berisiko. Beberapa penelitian melaporkan, bayi yang dilahirkan dalam air juga berisiko untuk mengisap air masuk ke dalam paru-parunya bila terlambat diangkat, misalnya melebihi 10 detik, apalagi bila tali pusat sebagai alat pernapasannya sampai terkompresi air. Kasus-kasus kematian bayi yang dilahirkan dengan water birth ini menjadi bukti bahwa cara melahirkan ini tidak aman untuk dilakukan.
Bagaimana dengan lotus birth, gentle birth, dan hypnobirthing? Cek pandangan medisnya secara lengkap di Mother and Baby Indonesia edisi Agustus 2013! (Dian/Dok. Rinal Wiratama)